Opini : Anak SD PACARAN???

Assalamualaikum
Pertama-tama, setelah akuh baca-baca lagi isi blog ini, ternyata tema dari blog ini adalah slice of life yg absurd gitu ya, bagus juga sih ini dibaca bagi para orang-orang yang suka tema ke-absurd-tan hidup. Btw, tulisan kali ini, Ulan akan membahasakan diri ulan dengan ‘aku’. Karena, setelah –lagi-lagi- dibaca, aneh ternyata membahasakan diri dengan nama panggilan di tulisan. Jadi mulai hari ini, setiap tulisan owe akan memakai ‘aku’ sebagai kata ganti orang pertama. –yaampun… diganti setelah bertahun-tahun. Dan ini, tulisan terpanjang ulan selama ngeblog. Semoga gak bosan dan bisa mengambil hal yang baik dari tulisan ini.

Oke, langsung ke opini ya.

Pagi-pagi ini ulan buka facebook, nah sepupu kecilkuh –sidqy namanya- ngetag teman-temannya. Nah, kan kalau kita berteman sama siapa gitu, ntar kadang komentar atau like nya masuk di beranda kita, jadi terlihatlah aku sama teman-temannya si sidqy ini yang udah pacaran. Adikku ini umurnya masih sebelas tahun, jadi ya teman-teman dia range umurnya 10-13 tahunanlah ya.
Ingatanku langsung kembali ke jaman-jaman SD, aku mengingat apakah di jaman itu aku juga sudah mulai suka-sukaan sama lawan jenis atau ngak? Dan jawabannya aku pernah. Ketawa sendiri sambil nyuci piring di dapur.
Aku juga, beberapa kali lihat artikel-artikel yang seperti mengecam anak-anak SD,SMP berpacaran. Mereka –netizen- berkata “belum pantas” ataupun “tua sebelum waktunya”. Malah bagiku itu normal saja. Bukan karena aku juga cinta monyetan di masa mereka juga, tapi ya kalau kamu dulu belajar biologi disekolah, itu adalah hal yang wajar. Hormon mereka berkembang, pemikiran mereka juga berkembang, mereka ingin tahu ini itu,rasa suka itu gak bisa dipaksakan, dia datang tiba-tiba.  Melihat lawan jenis yang rupawan, pintar pulak, sama-sama punya rasa suka yang sama, wajarlah kurasa mereka suka-sukaan.
Ini bukan terjadi hanya di Binjai, ataupun di Indonesia saja. Di bumi belahan manapun, kurasa hal ini terjadi. Sok tau ulan? Gini aja, coba lihat komik-komik Jepang misalnya saja komik hai miiko, yukko dan kenta sudah pacaran dari kelas lima SD, bagaimana dengan doraemon, nobita sudah suka dengan shizuka di umur SD. Kamu nonton film keluaran dari Amerika maupun Eropa tentang petualangan yang pemainnya anak kecil, biasanya ada tuh anak kecil yang saling suka-sukaan juga. Nonton drama korea yang sahabatan dari kecil, ternyata udah salah satunya sudah suka dari kecil sama temannya ini, terus ketika remaja mereka menyatakannya. Itulah hidup saudara-saudara. Hal ini wajar.
Kalau kamu masuk dibagian yang ‘mengecam’, coba kamu ingat-ingat dulu, kamu mulai punya rasa yang lebih ke lawan jenis itu kapan? Dari TK? Yaudah, kenapa malah aneh lihat anak kecil pacaran. Itu hanya perasaan kamu yang sudah merasa lebih dewasa, lebih besar dari mereka, makanya kamu sudah melupakan apa yang sudah kamu rasakan dulu dan menganggap umur kamu yang sekarang itulah yang pantas, bukan umur mereka.
Sekarang yang kulihat, mereka –netizen- yang mengecam tidak senang dengan tingkah anak-anak itu yang ngeposting tulisan-tulisan bak orang dewasa yang sedang kasmaran, atau memamerkan kontak fisik mereka di sosial media.
Kita flashback yuk. Coba ingat-ingat dimasa kamu dulu, kamu melakukannya juga kah? Misalnya menulis di meja kelas kamu pakai tipe-x nama orang yang kamu suka dengan lambang hati? Atau menuliskan namanya di dinding jembatan di dekat rumah pakai pilok? Atau menunggu dia dan memberikan surat di parkiran sepeda –kalau gak berani ketemu langsung, ngirim surat dan diletakkan di laci mejanya? Atau sengaja datang pagi-pagi cuma untuk menulis di papan tulis nama dia? Atau menuliskan perasaanmu di diary yang ada mikes makesnya dulu? Atau saat kamu ulangtahun ada seseorang yang menjadi sorotan teman-temanmu dan kamu di ‘ciee ciee-in’? Jadi apa bedanya? Bedanya saat itu belum ada sosial media dan yang mengetahui hal itu hanya kamu, dia, teman-teman satu sekolah, dan guru di sekolah. Ngomong-ngomong, masa ini menyenangkan ya.
Kok serasa ulan pro ya ke anak-anak SD SMP pacaran? Oh, tulisan ini belum selesai , teman.
            Apakah aku yang sudah jadi orang dewasa, gak geli ngeliat mereka –anak-anak SD SMP- mengumbar kemesraanya? Geli lah. Mengingat masa lalu yang seperti mereka ini pun ulan dah malu sendiri. “Kok bisa dulu aku begitu” pikirku kan.
            Aku juga sering ngeliat, ibu-ibu muda jaman sekarang yang kebetulan masa gadisnya aku sudah mulai punya ingatan, ibu-ibu menegur dan ngatai anak-anak yang mulai suka-sukaan, hai ibu-ibu muda, aku pernah mergokin kamu pacaran loh. Hahahahaa.

Masalahnya dari pacaran.

            Semenjak aku sudah remaja menuju dewasa, banyak kejadian yang di alami orang lain yang menjadi pelajaran untukku. Misalnya, ada teman yang married by accident, ya itu, mereka menikah karena si cewek hamil deluan (dalam opini ini, bukan karena kejadian criminal seperti pemerkosaan, kembali ke judul yaitu pacaran), apalagi salah satu atau keduanya di umur wajib sekolah. Aku sih yang saat itu masih sekolah juga, membuat bentuk pemikiran bahwa hal itu tidak baik. Aku berpikir hal yang sederhana, hal itu akan mengecewakan orangtuaku, membuat malu nama keluargaku, kehidupan sosialku akan terus bergeming suara dari orang sekitar ‘aku kotor’, akan menghancurkan cita-citaku, dan masa depanku hanya akan menjadi ‘ibu’ ataupun ‘ayah’ dengan masa lalu yang kelam. Apa yang mau aku contohin nanti ke keturunanku kelak? Sedangkan seorang ibu adalah sekolah pertama untuk anaknya kan? Seorang ayah adalah pelindung untuk anaknya kelak dari jahatnya dunia?
            Yang di permasalahkan masyarakat, yang notabennya sekarang berumur dewasa adalah gaya pacarannya. Lihat sajalah anak-anak itu mengumbar foto-foto mesra layaknya orang dewasa, memamerkan lekuk bentuk dadanya, memamerkan kontak fisik yang mereka lakukan, misalnya ciuman, pelukan, memberikan komentar dengan bahasa dewasa maupun bahasa yang tidak pantas dituliskan. Hal itu salah. Wahai adik-adik yang kepo dengan tulisan kak ulan, ingat, hal ini salah! Kalian jangan melakukannya. Ketika kalian nanti sudah dewasa dan melihat postingan yang kalian kirim, itu akan membuat kalian malu, menyesal dan perasaan tidak enak di hidup kalian.  (ngomong-ngomong anak-anak sekitar rumahku sekarang keren, mereka punya facebook dan sering kepoin sosial media orang lain dan orang-orang dewasa di sekitarnya. Mereka membuatku mengingatkan untuk memposting hal yang baik yang kemudian hari mereka bisa jadikan pelajran hidup).
            Anak-anak kecil itu mengatakan kalau ditegur “emakku kolot, kampungan, gak tau sosial media, gak tau trend jaman sekarang” ya, mereka memang gak tau. Mereka tidak secepat kalian dalam mengikuti perkembangan teknologi, mereka butuh waktu untuk menyusaikan. Bukan karena mereka tidak pintar, tetapi karena memang kemampuan produktif manusia ini ada masanya, kalian juga akan merasakan hal itu –berkurangnya kemapuan produkti- juga kelak.
            Aku juga tidak menyalahkan anak-anak ini. Mereka butuh bimbingan orang dewasa dalam menjalani kehidupan. Tidak bisa di lepaskan begitu saja. Aku? Ya dulu juga pernah kelepasan di sosial media tanpa bimbingan dari orangtua. Tapi, tidak butuh waktu lama aku sadar karena ada kakak-kakakku yang saat itu sudah dewasa ternyata memantauku dari sosial media mereka juga. Mereka mengingatkanku kalau aku terlalu berlebih dalam menggunakan sosial media. Selanjutnya, aku juga melakukan hal yang sama pada adikku, mengingatkan dia bahwa tidak semuanya harus di umbar di sosial media. Jangan terlalu membiarkan dunia mengetahui hidupmu. Begitu. Aduh, jadi ngawur. Oke kembali ke tema.
            Jadi, para orangtua, jangan sampai kelewatan apapun yang dikerjakan anakmu. Pacaran salah memang, tidak ada benarnya. Tapi, Aku yakin pasti dulu kalian juga pacarankan? Merasakan senangnya punya seseorang yang kamu anggap spesial. Kamu deluan merasakan baik-buruknya pacaran itu, aku yakin kamu tahu. Jadikanlah itu pelajaran untuk mendidik anakmu. Arahkanlah dia ke hal yang lebih positif dalam menyalurkan rasa suka pada lawan jenis. Aku bukan mengajari, tidak. Aku belum punya anak saat tulisan ini kubuat,tapi aku hanya miris saja dengan kelakuaan anak-anak SD SMP.
            Dulu aku, saat sedang suka-sukaan sama lawan jenis, aku menuliskannya. Teman-temanku hanya tahu orang yang kusuka, bagaimana perasaanku, hanya aku tuliskan dalam selipan-selipan catatan pelajaranku, sampai halaman belakang buku pelajaranku. Aku tidak terlalu romantis yang menuliskannya di jembatan, pohon atau di pasir putih pinggir pantai. Dan sekarang semua tulisanku menghilang karena buku catatanku sudah ku buang setelah aku tidak melanjutkan jurusanku saat sekolah.
Aku memposting perasaanku juga di facebook (facebook trend masa itu) , hanya untaian kata yang membuatku banyak dapat like dan komen. Membuat sisi sastraku dulu diakui banyak teman, membuatku terkenal di sekolah karena kata-kataku yang manis. Itulah aku dulu. Eh, kok pamer ya.
Sebenarnya Ibu, Bapak, baik yang melahirkan yang merawat yang mendidik, anak-anak itu manusia yang masih polos. Aku akan kasih sedikit cerita, saat aku sedang on the job mengambil gambar anak-anak di beberapa kegiatan, aku sering mendapati mereka mengacungkan jari tengah kepadaku untuk aku ambil gambarnya. Aku kesal, tentu saja karena aku tau arti dari tanda tersebut. Aku Tanya ke mereka dengan perasaan kesal, mereka tahu gak apa arti dari symbol itu, dan mereka menjawab “ini pose keren jaman sekarang kak” dan mereka mengira aku ini gak ngikutin trend pose jaman sekarang. What!!! Dari sini, terlihat kan kalau anak-anak kecil ini gak tau apa-apa tanpa didikan kita orang dewasa.
Anak kecil itu selalu ingin terlihat seperti orang dewasa. Maksudku gini, ketika ponakanku melihatku cantik dengan lipstick, dia akan mencoba memakai lipstick di bibirnya secara diam-diam. Bukan karena dia genit, tapi dia melihat hal itu akan membuatnya membayangkan dirinya cantik seperti aku dimatanya. Kalau aku memarahinya karena coba-coba pakai barang orang dewasa, dia akan menjadi takut tapi tetap penasarankan? Nah, aku yang sudah mulai dewasa ini menjelaskan padanya, pakai lipstick ini akan terlihat cantik bagi aku yang sudah dewasa karena aku sudah tidak punya kecantikan kulit anak kecil lagi. Aku tidak tahu ini berhasil atau ngak, yang pasti ponakanku berkata ‘bearti kalau udah besar kayak ibu ulan, kakak baru boleh pakai lipstick’ kurasa dia mengerti apa yang ku ucapkan bukan?
Nah, langsung tidak langsung, mungkin mereka melihat orang sekitar atau dari sosial media apa yang tengah mereka lakukan sekarang. Misalnya lihat poto swag ala selebgram terkenal dan selebgram mendapatkan like dan uang yang banyak dari postingan itu serta menjadi terkenal, anak kecil melihatnya ‘itu hal yang bagus’ sehingga mereka menirunya. 
Inilah peran dari orang tua, dan kita orang dewasa lainnya yang sebenarnya secara tidak langsung memberikan pengaruh yang buruk tetapi tidak di ketahui anak-anak bahwa hal itu buruk bagi mereka.
Suatu ketika aku membaca peraturan tentang hukuman terhadap anak, yang salah satunya berisi hukuman (kalau gak salah bahasanya) bahwa sang anak dikembalikan ke masyarakat. Kenapa masyarakat? Karena masyarakat (khusunya di lingkungan tempat tinggal sang anak) mempunyai kewajiban juga untuk menjaga anak tersebut karena dianggap masyarakat adalah orang dekat anak tersebut karena mereka mau tidak mau berinteraksi secara langsung pada si anak. Makanya ada istilah, lingkungan mempengaruhi hidup seseorang. Jelaskan! Walau bukan anak kandung, semua anak berhak mendapatkan contoh yang baik dari semua orang dewasa. Jadi kamu orangtua, jangan marah kalau anakmu di tegur sama aku atau orang lain ketika mereka salah atau melakukan hal yang buruk, karena itu kewajiban kami juga, sang orang lain yang sudah dewasa.
Terus, bagi orang tua, aku tidak tahu apakah kamu orang yang taat beragama atau tidak, yang pasti pendidikan agama itu penting. Pendidikan agama bukan hanya mengisi otak, tetapi juga memberikan makan bagi hati dan jiwanya. Ketika apa yang mereka pelajari, mereka memiliki rasa takut, hal ini akan masuk kedalam hatinya lalu kemudian jiwanya akan menolak bila suatu saat mereka ingin melakukan hal yang buruk.
Kemudian, ajarkanlah pada anak bagian-bagian tubuh yang boleh disentuh dan mana tidak boleh disentuh orang lain. Mana bagian tubuh pribadi yang harus dijaga, dan mana bagian tubuh yang harus di sembunyikan. Sekarang tidak susah kok mencari informasinya. Pemerintah sesuai bidang masing-masing sudah membuat lagu yang menyenangkan untuk mendidik hal ini. Tinggal cari di youtube ataupun google, dan kamu tinggal download.
Kemudian, ajarkanlah bahwa masa depan itu penting. Jangan sampai ada hal buruk yang menghancurkan jalannya masa depan sang anak. Kasih tau juga sebab dan akibat dari mereka bila melakukan kontak fisik yang mereka lihat. Jangan tunggu sampai kamu memergoki anak-anakmu melihatnya diam-diam atau telah melakukannya, kasih tau saja saat sedang santai saat kamu teringat.
Dan lagi, dari pengalamanku sendiri, sekarang memang sudah banyak orangtua yang bagaikan sahabat dengan anaknya. Dimana anaknya daripada cerita tentang kehidupan mereka pada temannya, lebih senang menceritakan keluh kesahnya pada orangtuanya. Ini membuat anak terbuka dan merasa diterima. Tapi, ada juga hal-hal seperti itu kadang masih tabu untuk diceritakan pada orangtua, kecuali untuk anak yang sudah dewasa. Karena, mereka merasa bahwa orangtuanya tidak akan mengerti tentang hati mereka, merasa bahwa orangtuanya akan menganggap mereka bagaikan anak kecil terus. Dan kadang, pengakuan kepada anak bahwa mereka sudah tumbuh lebih dewasa akan membuat anak lebih semangat dan lebih menjaga dirinya dari hal-hal buruk diluar sana. Karena, mereka merasa tanggung jawab sudah berada di tangan mereka sendiri. Berat ya PR  orangtua jaman now.

Nah, sekian dululah cerita tentang anak kecil yang pacaran ini. Aku bukan mengajari atau apa gitu, aku hanya ingin mereka menjadi baik, masa depan mereka cerah gembira dan mereka mengetahui bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan di masa depan.

Sekian.


Fyi: Pacar berarti inai, jadi pacaran berarti berinai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar