Datang dan Pergi

 

Beberapa hari ini aku mendengar kabar duka datang silih berganti di sekitarku. Aku berdoa kepada Allah agar tidak ada keluargaku dan orang terkasihku dikabar tersebut. Ini sangat menakutkan, dan aku belum siap untuk kabar tersebut datang kepadaku. Dan hal ini didukung aku sedang nonton K-Drama judulnya Hey, Bye Mama yang notabennya cerita arwah yang belum dapat pergi bereinkarnasi karena masih ada urusannya di dunia.

Sebenarnya, saat ayahku pergi juga aku tidak siap dan terkejut. Bayangkan, baru dua hari yang lalu beliau menjemputku dan mentraktirku makan mie aceh, memberiku jajan yang cukup lumayan dan ku peluk ku cium dengan sayang, tiga hari kemudian sudah terbujur kaku tak bernyawa, padahal kemarinnya aku masih memeluknya sayang dan memberikan janji janji masa depanku padanya. Wah, aku menangis menulis ini.

Kadang aku berpikir, apakah ayahku tahu sekarang aku sudah berkerja ditempat yang dia inginkan untukku, apakah dia sudah bangga, apa dia melihatku saat aku berkerja, apa dia masih terus memperhatikanku, apa dia mengelus pundakku saat aku menangis sendirian, apa dia tersenyum ketika aku mendapatkan kabar baik, apa dia masih cemas ketika aku sakit sendirian, apa dia masih mendoakanku disana,  aku selalu penasaran akan hal itu.

Aku takut kehilangan lagi, walau aku sadar hidup tentang datang dan pergi dan kita hanya perlu berbuat baik memberikan banyak manfaat untuk dikenang dengan manis oleh orang yang ditinggalkan.

Setahun, dua tahun, tidak ada yang tahu kapan ikhlas itu datang. Yang pasti cukup untuk diketahui, berusaha ikhlas itu selalu dilakukan. 

Ayah Sayang, semoga selalu bahagia disisi Allah ya.

Hai.. Cantik

 Hai.. Cantik

Beberapa orang nanya ke Aku kenapa sudah sedikit foto menampakkan wajah di instagramku, story ku juga sedikit yang menampakkan wajah. Yaaaak... karena aku takut kena penyakit ain dan aku mulai takut fotoku disalahgunakan untuk hal yang akan merugikan aku. Itu alasan kedua.

Alasan pertamaku, karena aku, bukan bosan ya, tapi ... aku sudah tidak nyaman orang melihat aku, terus mengirimkan komen “cantik” dan sejenisnya. Bukan sombong ya, ada rasa gak enak setiap ada yang komen seperti itu. Dulu sih senang. Ya iyalah, kata “cantik” dan sejenisnya itu dulu membuatku berbunga-bunga, membuatku bahagia, membuatku percaya diri. Tapi karena aku sudah menyukai diriku apa adanya (insyaallah) aku jadi merasa tidak perlu lagi ada yang memujiku. Beda cerita kalau yang bilang kekasih hatiku, doi mah beda.

Kenapa ada rasa gak nyaman? Aku gak tau. Tapi aku mulai kesal kalau ada yang komen aku cantik dan sejenisnya, apalai sampai ke porsi tubuh. Aku merasa, ngapain sih liat liat. Nah, aku sendiri yg upload dan membiarkan mereka melihat, yaudah aku kurangi nge upload.

Begitu teman teman, makanya aku jarang upload wajah aku.

Udah ah, sampai disini aja.

Bye. 

Familiar Wife , familiar husband, are you? #stayhome

Halo pembaca. missing me? 

Saat aku menulis ini adalah hari ke sebelas aku #stayhome karena wabah Corona alias covid-19. Sumpah, ini mengganggu aku! Tapi demi Indonesia dan dunia yang sehat, tak apalah. Tapi aku segan juga sama atasan dan orang-orang dikantor. Hanya kami yang ke Jakarta kemarin yang dapat dispensasi untuk WFH. Yang aku takutkan, atasan dan pimpinanku merasa lebay sekali karena aku harus melaksanakan dispensasi itu, padahal belum tentu mereka berpikiran begitu, hanya perasaanku saja. Memang beberapa orang temanku kembali ke satkernya masing-masing karena tugas. Tapi aku? mendam dirumah gak keluar-keluar ketakutan ada carier corona di badanku dan menularkan orang disekitarku. Amit amit ya Allah.. jauhkan kami semua dari wabahMu ini, dan segerakanlah wabah ini usai. Amiiin .Dan sebenarnya sampai sekarangpun aku masih takut keluar dari wilayah rumahku. Tapi aku harus kembali ke kantor.

Aku kemarin selama #stayhome marathon nonton drakor Familiar Wife, terlambat aku nontonnya ya, tapi tak apalah. Nah, trus aku jadi kepikiran, ternyata kehidupan rumah tangga itu menyeramkan ya. Bisa merubah sifat orang. Hiii.. serem. Kalau di drama dia bisa kembali ke masa lalu untuk mengubah masa depannya, nah kita di dunia nyata emang bisa? Jadi kepikiran, aku nikah nanti gimana.
Rumah tangga orang-orang disekitarku juga punya masalah masing masing, bohong kalau aku bilang aku gak kepikiran dengan masalah mereka. yah gak urusanku sih, aku cuma kesal aja, kenapa mereka gak ngomong dan menyelesaikan masalah layaknya orang dewasa. Makna dewasa itu juga abstrak, gak ada standart baku untuk melakukannya. Kalau mereka bisa mengulang masalalu, bukan memperbaiki, tapi kurasa orang akan menghindari bertemu dengan pasangannya sekarang. Seperti drama yang ku tonton ini -walau akhirna mereka kembali bersama lagi-.

Aku bilang kalau aku kepikiran, aku tidak ingin melakukan kesalahan yang sama dengan yang dilakukan mereka. Yah itu aku, pasanganku nanti belum tentu kan. 

Aku sudah mencintai diriku sendiri, maksudnya aku akan menghindari apapun yang menyakiti diriku, apapun yang membuatku tidak bahagia akan ku tinggalkan, sesepele itu. Tapikan, kehidupan rumah tangga gak sepele. Walaupun aku bisa saja masa bodoh dengan orang disekitarku, tapi ada akibat di pihak lain, misalnya anak. Mana lagi, banyak ku lihat ketika orangtua berpisah, anaknya hampir semua terlantar. Gak banyak yang bertanggung jawab dengan anak, cara singkat, titipkan saja anak ke orangtua, kasih uang hidup anak, dan kita bisa berkarir dengan tenang. Tapikan gak semudah itu.

Bagaimana cara kerjasama dengan pasangan, menyamakan pendapat, memutuskan sesuatu, sesuatu yang kalau kupikirkan itu suatu hal yang ribet. sampai dulu aku merasa tidak ingin nikah karena, orang orang yang tinggal diwilayahku ini, setelah menikah jarang ada yang bahagia, walaupun udah punya lusinan anak, gak menjamin bahagia mereka, malah bertengkar terus, dan aku muak harus bertengkar, bersuara kuat, marah, kesal,banting barang, nangis, malah kalau ada anak, anaknya dimarahi sebagai pelampiasan. aku gak suka. 

Tapi itu dulu, sebelum aku merasa butuh seorang manusia.

Aku gak tau, butuh seorang manusia itu dalam hal apa, naluriah kali ya. kalau dipikir-pikir, aku bisa menghidupi diri sendiri, aku bisa membahagiakan diriku sendiri, aku bisa semuanya sendiri, apa lagi yang kubutuhkan, gak ada. Tapi disisi lain ada yang kosong, ada yang gak bisa aku dapatkan dari diriku sendiri.  sehingga aku menghapus pikiran ingin sendiri, karena aku merasa kosong.

Abang-abang di kantor juga suka bilang, "nikahlah dek, nikah itu enak, aku aja nyesal gak nikah dari dulu". aku belum tau nikah itu enaknya dimana bang...

Kalau dilihat-lihat lagi kebelakang, ayah ibu ku juga berselisih paham, kadang bertengkar, tapi kebanyakan mereka bahagia, mesra lagi, kadang buat aku kesal. Entah apa resepnya. sampai ayah pergi, terlihat ibuku kehilangan sekali sebagian kebahagiaannya, kalau sekarang dilihat, ibuku udah kurus sekali, udah jarang ketawa, dan pernah kemarin berduaan kami ke makam ayah, ibu masih menangis tersedu sedu. Mungkin itu suatu yang tidak kumengerti tapi bisa dirasakan kali ya.

Nah sekarang, gimana aku nanti. apakah pasanganku nanti melengkapi aku? membuatku bahagia? mengerti aku dan segala keanehanku? Bagaimana kalau aku dapat seseorang yang tidak sesuai harapanku? Apa pria yang bersamaku sekarang orang yang tepat untukku? Gak ada yang aku tahu, takdir memang rahasia, tidak ada yang tahu kita akan melangkah kemana, kekanankah, kekirikah, maju mundur syantikkah? 

Kalau kata ibuku, udah jalani aja dulu. Yaudah, ku jalani aja.

Tapi, tetap aja aku kepikiran. seperti sekarang aku bingung udah nulis segini panjang mau kasih judul apa. wkwkwkwk.