Akhir cerita 2018


  Assalammualaikum.
          Walau bagaimanapun, Aku tetap akan bersyukur atas semua yang terjadi di 2018. Pelajaran-pelajaran berharga menyesakkan dada membuatku mengerti yang dinamakan hidup.
          Seperti yang kalian baca di Akhir Cerita 2017, aku sangat semangat menghadapi 2018. Ya, aku semangat. Sangat semangat sampai rasanya darahku memanas. Aku merasa semua akan menarik di 2018. Aku tetap berusaha keras menggapai impianku pada awal sampai pertengahan tahun ini. Semua berjalan lancar maksudku.
            Aku diberikan kesempatan bekerja bersama dosenku berkeliling dua daerah di Sumatera Utara, yaitu BatuBara dan Langkat. Bertemu banyak orang, bercerita dan mendengarkan kisah-kisah. Perjalanan ini bukan pengalaman berharga, tapi ini adalah pengalaman yang menyenangkan bagiku.
           Untuk pertama kalinya aku ke luar negeri. Bertemu banyak orang dari berbagai belahan dunia di negara kecil nan maju tersebut. Mendengarkan cerita penduduk. Mengikuti langkah cepat penduduk untuk maju. Melihat ke indahan dunia yang berkali-kali membuatku berdecak masyaallah.
           Tesisku. Aku kira tesisku akan membawaku bertemu orang-orang menarik yang akan membuatku berkata “wah, banyak orang-orang hebat di Indonesia”. Tapi apa daya, tesisku membawaku ke kejadian-kejadian menyebalkan. Tidak salah tesisku tentu saja, tesisku berjalan lancar dan baik sampai bulan agustus kemarin, malah aku sudah menulis lebih dari 100 halaman. Yang salah adalah Aku. Aku membuang-buang waktu dan tidak melihat dan mengambil kesempatan dengan baik. Aku merasa semua akan mudah, tetapi ternyata ‘semesta’ tidak mengizinkannya. Malah memutar balikkannya. Walau begitu, aku tetap mencintai tesisku dan ingin tesisku dapat berguna bagi banyak orang.
Kalau, semua bukan pengalaman berharga, jadi apa yang berharga bagiku? Kepergian ayahku adalah pengalaman berharga, paliiing berharga di hidupku. Kepergian ayahku tidak membuatku susah dalam segi ekonomi, tentu saja ayah bekerja keras mengumpulkan pundi-pundi hartanya untuk memastikan ketika dia pergi kami tidak kelaparan. Ke pergian ayah membuatku, untuk kedua kalinya memutuskan sesuatu memakai logika dan hati diwaktu yang bersamaan, walau sampai saat aku menulis ini hasil akhir dari keputusanku itu belum kunjung aku terima. Dan, tersadar, aku sudah mendapat satu gelar lagi,yaitu anak yatim. Bukan gelar yang buruk, karena setiap manusia pasti di tinggalkan dan meninggalkan. Intinya, sampai akhir dan setelah ayah di kebumikan pun, aku masih merasakan kasih sayang dan pelajaran-pelajaran kehidupan darinya, Sungguh, aku sangat bersyukur Allah menitipkan aku pada pria yang tepat.
Di tahun ini juga, aku kira aku sudah menemukan Kamunya aku, ternyata sedikitpun aku tidak menemukan kamu. Aku kira, berakhir sudah pencarianku, ternyata mungkin aku belum mulai mencari. Aku kira aku sudah sampai, ternyata berjalan saja aku belum. sampai-sampai aku kira aku sudah melepaskan,ternyata tergenggam saja tidak pernah. Dan untuk Kamu, setelah ayahku pergi, aku merasa sudah penting menemukan kamu untuk menyokong kehidupan lahir dan bathinku. Tapi, mungkin Allah belum merasa ini saat yang tepat. Jadi Kamu, persiapkan dirimu sebaik mungkin sampai saat kita bertemu. Okey!!

Dan terakhir, 2017 tahun aku jatuh cinta dengan diriku, tapi 2018 membuatku mulai ragu dengan apa itu cinta. Eseeeeh… jadi 2019, aku gak berharap terlalu banyak, tapi aku akan selalu melakukan yang terbaik sebisa dan semampu aku dengan rasa bersyukur apapun yang terjadi.

WELCOME 2019... Bismillah