Suatu Pilihan

Halo readers. Jam di iphone menunjukkan pukul 22.17. 

Udah lama ya gk ngepost. Banyak kejadian di tahun 2014 ini. Pilihan untuk hidup kedepan dan bagaimana pilihan pilihan itu dapat membuat jalurnya di kehidupan. 

Malam ini saya akan bercerita tentang pilihan saya atas kekhususan yang sama ambil di fakultas hukum tempat saya belajar. 

Setelah melalui liburan semester yang cuma 3 mingguan, awal liburan saya cuek bebek tentang kampus. Saya cuma main main, jaga kede, nonton, nulis, menghayal, jalanjalan ke siantar, jalan jalan ke kuala simpang. Gak mikiri mau masuk departmen apa di kampus. 
Memang ada 3 pilihan awalnya yg saya tuju waktu smstr 1, tinggl ngeliat hasilnya aja yakan dimana lebih tertariknya. 3 pilihan itu adalah perdata bw, pidana, dan internasional. 

Setelah melewati pelajaran yang panjang dan cara dosennya mengajar, berubahlah pilihan saya jadi perdata bw, htn, dan h.i.
Lalu, seminggu sbelum masuk kampus saya mulai membuka kurikulum dan daftar pelajaran yang akan di ambil. Setelah bergalau ria
dan menimbang nimbang... Saya menentukan pilihan di hukum tata negara.
Saya hanya berbicara dengan ayah soal pilihan ini. Ayah dukung dukung aja, walaupun pinginnya saya masuk ke perdata bw.  

Kalau untuk orang dikampus, departemen saya ini adalah yang bisa di bilang 'departemen neraka'. Kenapa? Mungkin mereka lebih melihat ke dosennya kali ya kan. Kan gak salah kalau dosen itu disiplin, bukannya itu mendidik kita supaya menghargai waktu dan kesempatan ya kan. Padahal di departemen lain juga banyak dosennya yang dijuluki killer tapi tetap aja mereka pilih kekhususan itu.

Saya pilih htn karena lebih kepada tujuan saya kedepannya, pekerjaan yg saya tuju . Melihat mata kuliah departemennya asik di mata saya, dan peristiwa politik di 2014 yang membuat saya condong ke htn. Saya jadi bisa ngeliat langsung yg saya pelajari dan kejadian di Indonesia, ngerasa keren kalau ada teman yg nanya soal negara ke saya. Gak peduli saat itu saya sering di ejek teman saya, di ceramahi, setiap ada yg nanya "jurusan apa lan?" "Htn" "haaaah? Serius ulan? Gak seram?" Tau gak sih rasanya kalau pilihan kita di ejek gitu. Sakitnya disiniii.. Pernah juga, teman saya ngomong kena ke hati -mungkin dia gak sadar- inti yg dia bilang hanya jurusan dia yg asik, rame dan santai.  Tapiiii hatiku hati baja. Terserah mereka bilang apa, keputusan saya sudah bulat! 

Yah, memang htn kurang banyak peminatnya. Saya gak tau kenapa, tapi gak di kampus saya aja yg dikit peminatnya, kampus lain juga. Angkatan di atas saya saja peminatnya cuma 3 orang. Pas angkatan saya peminatnya 10 orang (sebelum pkrs isinya cuma 5 orang dan saya sendirian perempuan -paling cantik di kelas itu-setelah pkrsan berakhir, jadi 10 dengan 3 perempuan ...saya punya saingan cantiknya) 
Sampai saya pernah baca di blog seorang ahli tata negara indonesia nulis tentang kenapa dia masuk jurusan htn, walaupun dia juga di olok teman"nya (sama kejadiannya seperti saya). Kata kata bapak itu di blognya agak jadi penyemangat dikala hati mulai sedih kembali. 
Pernah, dosen perburuhan saya ngomong di kelas, mungkin dia dengar mahasiswa kelasnya ini bingung milih jurusan (bukan saya, saya duduk di paliiiing belakang loh di samping jendela lagi yang bisa ngeliat orang main bola tiap pagi, gak pernh duduk di depan sama ibu ini)  jadi dia cerita. Gini ceritanya, ibu itu dulu ambil jrusan hkm ekonomi (atau bw ya, lupa) ikutan kawannya biar ada kedan gitu. Padahal sebelumnya dia ikut magang di kantor perusahaan dan tertarik dengan dunia perburuhan dan ingin agar para buruh sejahtera. tapi, karena di angkatannyan hukum administrasi kurang beken (mungkin ya), dia ikutan temannya yg ambil jurusan lain biar rame, gak sepi. Lalu ibu itu merasa menyesal atau gak sesuai hatinya, dan setelah lulus ambil kuliah s2 tntng hukm adminstrasi negara untuk mengobati penyesalannya. Akhir cerita, ibu itu menasehati untuk mengambil pilihan jurusan jangan ikut"an teman, pilih yang di sukai dan nyaman di hati. Naaaaah.. Ini juga jadi penyemangat saya. 

Saya tidak menyesal mengambil jurusan hukum tata negara sebagai pilihan saya, saya menikmatinya dan merasa tidak terbebani dengan keputusan saya. Dan untuk pertama kalinya saya merasa benar memilih. Gak peduli walau cuma ber10 di kelas, kadang kuliahnya seperti les privat. Gak peduli yg lain bilang apa. 

Semua orang punya pilihan masing" untuk hidupnya. Kalau kamu merasa pilihannya menganjal hatimu, doakan  orang yg memilihnya itu nyaman dan berhasil dengan pilihannya. Kita kan gak tau nasib orang, tapi kita harus mendoakan yang terbaik agar kita juga menjadi orang yang baik dan di sayang Allah. 

Oke. Di Iphone sekarang pukul 23.08. Semoga bermanfaat. ❤️