Diary Ramadhan : dialog

Diary ramadhan ke-dua ini, saya akan bercerita tentng tanya jawab saya dengan adik adik tukang semir sepatu keliling.
Selasa kemarin,23 juni, saya lagi baca koran di kasir sambil memperhatikan pembeli datang dan pergi. Seorang pembeli berpakaian polisi masuk bersama dua orang berpakaian dinas kota dan langsung mengambil tempat di belakang meja saya. Dari pembicaraan yang saya dengar sekilas, mereka temenan. Seorang anak kecil mengintip lalu pergi dan tak lama datang bersama anak yang lebih besar darinya masuk dan mengambil sepatu bapak berpakaian polisi. Saya perhatikan anak yang lebih besar karna familiar. Dimana saya pernah ketemu ya? 

Karna penasaran, saya keluar dan melihat yang anak lebih besar menyemir sepatu hitam bpk polisi, sedangkan yang kecil membantu ala kadarnya. beginilah pembicaraan saya bersama mereka.
Saya (u) tk semir besar (b) tk semir kecil (k)
U: dek, sekolah kelen?
B: sekolahla kak.
U: hari ini?
B: lagi libur sekolah kak.
U: oia juga. (Diam beberapa saat) kelen kakak adik?
B: bukan kak. Dia bantui awak .
K: (mengangguk sambil menjemur sepatu di cahaya matahari)
U: berapa dapat nyemir satu sepatu?
B: 3ribu kak.
U: oooo... (tebodoh dengar kata 3 ribu) jam berapa kelen pulang?
B: jam 2 atau setengah 3 kak. 
U: kemana aja kelen jalan? Jalan kaki?
B: ia kak jalan kaki. Di sini sini aja kak. Sampai pajak. Kadang sampai terminal kami pun.
U: ooo (mikir jarak dari sini ke terminal) panas panas gini dek? Puasanya kelen?
B: puasa la kak. 
Lalu pembicaraan berlanjut ke yang lain mereka bertanya kemana ibu saya. 

Setelah mereka pergi dengan menerima imbalan (saya juga meminta menyemirkan sepatu saya dan memberi upah yg saya rasa pantas) saya jadi berpikir. Anak sekecil itu, jalan keliling, panas panasan, dan puasa! 
Saya yang tadi paginya malas malasan bangun utk ke kede karna masih flu (pas dihari ini flunya gak begitu parah, besoknya baru saya ampuuuun dan memilih bedrest tertidur dari abis zuhur sampai magrib) jadi malu ke diri sendiri. Umur saya dan adik ini bisa dibilang beda belasan tahun. Tapi mereka lebih lebih berusaha untuk hidupnya.

Pas sore saya lagi angkat jemuran dilantai 2 rumah saya, gak brapa lama, kedua adik tadi lewat lorong rumah. Pantas saja familiar, ternyata mereka tinggal di wilayah rumah saya. 

(Photo will be post nnti) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar