Women March 2018 -Menjaga wanita, atau menghancurkan wanita?


Assalamualaikum

Hari ini ulan mau cerita tentang sesuatu bertema “women march” yang beberapa hari ini berkembang di dunia persosial media dan berita online. Lets see …



Di berita sedang santer terdengar kabar model asal Indonesia yang dianiaya oleh pacarnya sendiri. Wah, aku merasa “kok mau dia di aniaya,bukan sekali dua kali ini”. Padahal Cuma pacar, masih orang lain, sudah  berani mukul-mukul. 
Sebelum ini juga sering mendengar hal-hal semacam ini di sekitarku. Perlu diketahui, lingkungan tempat tinggalku (rumah nenekku) rata-rata ekonomi masyarakatnya kelas menengah kebawah,dan mengakibatkan ibu-ibunya juga ikut bekerja.
Ada yang ngadu ke rumah, bertengkar dengan suaminya dan suaminya mukul anaknya. Masalahnya sepele, karena suami gak mau kerja (mereka berjualan), padahal istrinya sudah menyiapkan bahan untuk dagangan.
Ada lagi yang di tinggal pergi suami berbulan-bulan bulan bulan bulan lamanya, herannya kadang balik lagi pulang ke istrinya. Tanpa diberi nafkah lahiriah untuk istri dan anak. Ada lagi yang di tinggal pergi suami, suaminya bermasalah dengan orang, sampai istrinya yang dikejar-kejar preman. Banyak lagi cerita yang hampir semuanya ibu-ibu datang  kerumah mencari solusi masalahnya.
Karena Ibuku orang yang baik sekali, rumahku kadang seperti tempat curahan hati banyak orang. Dulu aku tak suka, tapi sekarang, yaaah.. aku menikmatinya.

Aku kasihan dan bertanya. Kenapa mereka bertahan? Kenapa mereka masih mau menerima si laki-laki? Aku gak habis pikir. Memang aku gak tau dalamnya keluarga mereka bagaimana, tapi apa daya, manusia mahkluk visual,mempercayai apa yang di lihatnya.
Aku bertanya, kok gak pisah saja? Aku tahu menyarankan cerai itu dosa, tapi hidup harus bahagia kan?.
Jawaban mereka, malu jadi janda. Malu di kata-katai orang kalau janda. Dan merasa, manusia pasti berubah. Aku gak habis pikir. Memang kadang lebih sedap terlihat “pria duda cerai” orang tidak akan menganggap itu jelek. Tapi kalau “wanita janda cerai” entah kenapa orang memberikan kesan tidak baik. Kalau aku berpikir, orang pisah pasti ada alasan, tapi itu aku, orang lain belum tentu.
Kalau protes ke pemerintah, mereka sudah membentuk peraturan yang mempuni menurutku. Kamu bisa melaporkan sebagai penganiayaan kalau yang melakukan pacar kamu. Kamu bisa minta pisah ke pengadilan bila tak bahagia. Kamu bisa ngelapor KDRT bila suamimu (bisa juga istrimu) melakukan kekerasan. Tinggal pilih.
Dan kadang orang malu untuk melaporkan pasangannya.
Kenapa malu sih? Oke ulan, kamu gak di posisi mereka (dan semoga Allah tidak membiarkan aku berada di posisi ini) .Setahu aku, semua persidangan yang bersangkut paut dengan “rumah tangga” persidangannya akan tertutup untuk umum, karena itu merupakan aib dari keluarga, dan aku cukup bangga, negaraku berusaha menjamin harga diri masyarakatnya pada kasus-kasus tertentu dan berusaha menjaga rumah tangga rakyatnya.
Dari sini, aku tahu bahwa walaupun orang sadar hukum, tapi sanksi masyarakat lebih menyakitkan untuk di jalani. Jadi,wanita selalu menjadi korban sekaligus pelakunya.
Yah, women march disini bertujuan juga untuk menyadarkan perempuan bahwa kebahagian mereka harus di perjuangkan dan mengubah mindset dari masyarakat bahwa jangan terlalu terpaku pada tradisi (seperti janda itu buruk, dll) dan setiap orang harus bahagia. Setidaknya kita harus berpikir sebelum bicara.

Sesuatu yang aku tangkap dari Women March 2018 di Indonesia.
Women march ini, yah, aku tau pro dan kontra dengan misi-misi yang dibawa. Ngomong-ngomong, women march ini kalau gak salah dulu adalah demo untuk Presiden Trump yang di lakukan banyak wanita di negara perserikatan karena visi misinya (komen kalau aku salah), dan tahun ini hampir di seluruh dunia melakukannya dengan misi feminism.
Aku senang melihat spanduk tentang stop violence for women (and child) , atau sesuatu tentang pendidikan untuk perempuan, menentang pernikahan dini (bukan nikah muda ya) untuk perempuan, sampai keselamatan pekerja perempuan, kalau temanya bulan untuk wanita, melindungi wanita, memperjuangkan hak wanita, ini benar menurutku.



Tapi aku risih dan agak “rancu”  dengan spanduk yang berkata “bukan salah pakaianku, otakmu yang kotor” atau “auratku urusanku” atau “selangkanganku urusanku selangkanganmu urusanmu” . APA INI !!!! mengacaukan tema dari women march menurutku.


Maksudku gini, bila bicara tentang “perempuan” banyak yang menyangkut pautkannya dengan tindakan asusila (contoh pemerkosaan, pencabulan, kdrt etc) dan selalu wanita korbannya (ada juga yang cowok, misalnya kasus saif*l jam*l) . Nah, untuk mencegah tindakan asusila itu, perempuan ada baiknya jangan memancing dengan berpakaian seksi (ketat, terbuka, etc) dan berpakaian sesuai tempatnya. Dan, setahuku, alamiah (sesuatu yang wajar terjadi) kalau pria berpakaian topless dan bercelana pendek, tidak akan ada wanita yang memperkosanya, beda sebaliknya, kalau perempuan topless, kayak lagi lapar ada nasi pakai rendang.

Kalau slogannya berkata “selangkanganku urusanku selangkanganmu urusanmu” atau “selangkanganku bukan urusan negara”, bagiku seperti melegalkan prostitusi. Ibarat satpol pp merazia para pekerja seks, pekerja seksnya bisa bilang “urus aja pedagang kaki lima di trotoar, jangan urus pekerjaan kami, toh pejalan kaki yang salah buat macet di trotoar.” Kok gitu? Gini cuy, kata “selangkangan” orang akan mengartikan kelamin wanita, sesuatu yang dijaga untuk perempuan, tidak di umbar kemana-mana, tidak untuk di perdagangkan. Nah, negara melindunginya dengan “uu perkawinan” “tindak pidana asusila” “sebab yang tidak halal” , sehingga bila ada wanita yang merasa “selangkangan”nya di ganggu, negara memberikan perlindungan hukumnya.
Aku tau ini karena rancangan pasal tentang perzinahan di RKUHP yang mana makna perzinahan di perluas. Btw, aku setuju dengan RKUHP itu.
Atau mungkin maksudnya disini free sex? Bukan tindakan prostitusi tetapi membiarkan orang melakukan sex bebas karena cinta, jadi kalau ada razia kasih sayang mereka minta gak di tangkap, begitu? Kok makin serem. Astagfirullah. Giniloh, kalau lagi “enak”-nya kamu akan merasa hidup bahagia selama-lamanya –kayak Cinderella-, tapi tetiba kamu HAMIL, dan si cowok gak mau bertanggung jawab gimana? Itulah yang mau di hindari oleh negara. Buktinya? Pak Hotman Paris di Instagramnya sering menasehati wanita untuk menghindari buaya darat, bearti sudah banyak kan yang mengalami di tinggal cowok? Nah mereka akhirnya kewalahan dan ngadu minta pertolongan “keadilan” pada Pak Hotman. Ngomong-ngomong, bukan soal mudah minta pengakuan anak yang lahir di luar nikah.

Dan… “auratku urusanmu” ,bahaya ini. Tuhan sudah mengatur aurat dalam kitab sucinya, terus kamu melarang Tuhan atur-atur auratmu? Aku tidak bisa berkata-kata lagi.

Aku mau menegaskan, aku bukan kontra terhadap aksinya, aku kontra dengan spanduk-spanduk yang dibawa oleh pendemo. Bahasanya terlalu "berani" dan tulisannya akan mempengaruhi banyak anak-anak yang masih labil. Aku gak tau kalau di kota besar sekali, tapi di daerahku, kami masih berbicaara dengan sopan, pakaian kami tidak terbuka, yang aku takutkan adalah, anak-anak yang sudah di ajarkan seperti ini ketika melihat spanduk mereka akan berpikir "waah ini keren" dan ujungnya mereka mengikuti itu, karena, kita sekarang tidak bisa mengontrol terlalu dalam persosial mediaan yang bebas di akses semua umur.

Jadi, aku agak sedih liat seperti ada “paham lain" yang menyelundup masuk kedalam feminism. Terakhir aku dengar ada yang minta LGBT di sahkan, oke, mereka meminta LGBT di lindungi karena kekerasan banyak di alami oleh mereka. aku sih, ya wajar aja, mereka kan bukan sesuatu yang normal terlihat dan masyarakat masih aneh melihatnya. dan lagi, dari wawancara televisi yang pernah aku lihat, dan dari artikel ini psikolog mengatakan kaum ini sakit jiwanya (aku gak bilang gila ya). Loh? ulan konta? iya jelas. Kaum Nabi Luth berkali-kali di tuliskan di Al Qur'an dan Allah murka terhadap mereka,yah pastilah aku mendukung Tuhanku, daripada aku kena murka Allah. Dan LGBT itu bukan termasuk paham feminism sejauh yang aku tahu. 


Oke, aku memang bukan orang yang pro feminism, tapi aku tau bahwa visi misi feminism itu baik untuk wanita, bukan malah menghancurkan wanita. (kapan-kapan ada waktu dan kesempatan ulan cerita tentang feminism dan pandanganku).
Begitulah. Semoga, tulisan ini ada manfaatnya untuk banyak orang. Yang pasti untuk banyak wanita. Wanita itu hebat. Negara bisa hebat karena satu wanita, dan negara bisa hancur karena satu wanita, itulah kata pepatah.


Salam

Ulan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar