Ekstrovert atau introvert


Ekstrovert atau introvert?
Aku bersama Ika pernah ngejawabin test psikologi dar si Gabeta –doi baru test pakai soal yang sama dari seorang psikolog- tahun lalu . Dari hasil test itu, diketahuilah kalau Ika adalah ekstrovert dan aku… aku tak bisa menentukannya. Dari tiga sesi soal, aku mendapati diriku stabil nilaiku 50:50. Gak ekstrovert dan gak introvert.  
gambar dari google

Aku tadinya gak begitu peduli apakah aku ekstrovert atau introvert, sampai sekarang pun aku gak peduli. Tapi, dari beberapa artikel yang aku baca, banyak perusahaan atau tempat kerja memperhatikan segi psikologi ini sebagai bahan pertimbangan. Yah, sebagai jobseeker aku jadi memperhatikannya jugalah yakan.

Nah, seperti golongan darah, banyak yang terpaku bahwa A harus perfectionist, B harus lebih easy going, O orang ceria, AB lebih tenang, orang yang mengetahui dia golongan darah apa akan mengikuti kepribadian yang ‘seharusnya’ dimiliki golongan darahnya padahal dulunya dia berkebalikkan dari sifat yang ‘seharusnya’ tersebut. Begitu juga beberapa orang yang disekitarku. Ketika dia ternilai sebagai introvert, maka dia akan bener-bener jadi pendiam, penakut, sama juga yang ternilai menjadi ekstrovert dia akan lebih berusaha ceria –walaupun dia sedang sedih.

Mungkin ini Cuma aku kali ya, karena aku tidak dapat menentukan aku ekstro atau intro. AKu juga merasakannya sih. Begini, kadang aku merasa senang di tempat ramai, gampang berbaur, ramah tamah, gak malu-malu ngomong dimana aja, yah layaknya ekstrovert, tapi aku juga mendapati diriku nyaman dengan pikiran sendiri, nyaman jalan sendiri, menyukai tempat yang tenang, suka suara ya slow, suka duduk sendiri termenung, layaknya introvert.
Kata orang aku ambievert, bisa jadi.
Tapi, aku memperhatikan orang disekitarku. Ada yang pendiam, dikeramaian dia suka di sudut-sudut tempat tidak terlihat, tapi saat dia sudah ketemu teman yang nyaman, dia akan berbicara juga, akan berbagi pengalaman, dia juga akan lebih berani layaknya ekstrovert –kayak uniku. Ada juga orang yang aku temui berkarakter ekstrovert, senang ngobrol, ramah tamah, tapi ketika di tempat yang gak nyaman, dia akan merasa keki juga, merasa terjebak, dan akhirnya dia akan menjadi diam layaknya introvert –seorang temanku merasakannya.
Jadi, kesimpulan yang aku dapat, ekstrovert atau introvert seseorang itu tergantung dimana dia berada. Apakah dia berada di tempat yang dia nyaman atau tidak. Seperti itu.Yah kesimpulan ini diambil dari sisi penglihatan dan yang aku alami.

Kalau ada psikolog yang membaca tulisan ini, boleh komen dibawah gimana pandangannya. Manatau ada yang kebetulan singgah di tulisan ini dan perlu pencerahan (kayak aku). Dipersilakan.

Salam

Ulan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar