Jakarta, Monas, Museum Bank Indonesia

Sampaaaiii di Jakarta, yei.
  Setelah turun dari pesawat dan mengambil barang di bagasi, kami kelaparan. Sudah di ceritakan di sini kalau kami tidak sempat makan pagi karena sudah boarding saat berjalan keruang tunggu. Jadi, setelah bertemu dengan bapak supir yang sudah di pesan ibu, kami makan disalah satu foodcourt di dekat terminal tempat kami berada. Foodcourtnya keren, makanannya juga banyak pilihan.
  Setelah selesai makan, kami jalan menuju BSD di Tangerang untuk menukarkan tiket printnan menjadi tiket untuk masuk. Ulan gak tau ya berapa lama perjalanan, tp ulan rasa jauh kali antara Bandara ke BSD,padahalkan sama-sama  berada di Banten.
   Jadi, setelah sempat bertanya pada orang sekitar dan pakai google maps tempat penukaran tiketnya, akhiirnya kami tiba  di tempat yang dituju. Btw, tempat ini pernah saya lihat waktu ngunjungi Vlognya Arief Muhammad (pocong)
tempat penukaran tiket

   Nah,karena sudah terlalu lama dan letih, dan juga sepertinya bapak supir jalannya lumayan lama (mungkin factor jalanan   rame kali ya) kami memutuskan untuk langsung ke hotel saja. Kebetulan hotelnya dekat dari monas,rencananya bisa ke monas sore-sore.
   Sampai di hotel, badan kecapaian karena lama dijalan. Akhirnya kami memutuskan untuk keluar makan malam saja di d’cost vip yang masih dekat dari hotel.

Kita lanjut ke esok harinya ya.
   Setelah keluar dari hotel, kami menuju MONAS.  Di perjalanan, beberapa cerita tentang perubahan Jakarta yang menjadi lebih  bersih dan teratur menjadi cerita yang menarik. Saya penasaran, bagaimana dulu Jakarta sebenarnya. Pemerintahan yang sekarang –pak Ahok- menjadi penyegar bagi masyarakat Jakarta yang merindukan ketegasan (kata pak supirnya gitu, ini bukan kampanye ya).
   Sampai di Monas, setelah parkir kendaraan, kami kebingungan mau masuk darimana. Akhirnya, seorang satpam memberikan arah pintu masuk. Pintu masuknya memang tertutup karena banyaknya kios dan para pedagang menjajakan jualannya. Menurut kak Eka, saat dia dtg kesini terakhir kali, para pedagang berada di halaman monas menjajakan jualanannya. Tapi sekarang, sudah rapi dan enak di pandang mata.
Yeii.. Monas
Sekitan Monas yang asri
Sekitaran Monas yang asri
Khalila sadar Kamera
Beberapa souvenir yang dijual
Ini Saya


   Setelah mendapatkan foto yang bagus di monas, kami berpindah tempat ke Kota Tua sekalian menunggu ayah dan ibu tiba dari Medan. Di Kota Tua, tempat yang pertama kami datangin adalah Museum Bank Indonesia. Diba (teman di kampus) dulu pernah cerita kalau museum ini bagus dan keren, jadi penasarankan gimana bagusnya museum ini.
    Bangunan museum masih seperti bangunan Eropa, tebakan saya, ini bangunan peninggalan Belanda dulu yang sudah menjadi milik Indonesia.  Dalam bangunannya juga masih seperti bangunan Eropa yang sering kita lihat di televisi.
    Harga karcisnya masih terjangkau untuk ukuran museum dengan bangunan yang bagus. Setidaknya saya memperkirakan masuk ke museum ini perlu mengeluarkan uang 30ribu rupiah. Setelah menitipkan tas, karena tas harus di titipkan, kami memasuki ruang pertama yang terlihat seperti meja teller bank zaman dulu. Disini saya meminjam sebuah alat port guide dengan membayar sekitar Rp.50.000.-


Ps: Saya menyarankan untuk meminjam alat ini saat berada disini, daripada lihat gambar-gambar dan tidak tahu keterangannya, lebih baik pakai alat ini dan dengarkan penjelasannya.

Tempat pembelian karcis
ayo masuk
Kamu bisa melihat asal uang dari system barter sampai masyarakat mengetahui uang sebagai benda tukar. Bagaimana peran masa penjajahan untuk kebangkitan bangsa kita. Dan bagaimana kondisi Negara kita dari masa setelah kemerdekaan, krisis moneter dan kita sampai saat sekarang ini. Peran Bank Indonesia dari berdiri, membantu bangsa menghadapi krisis moneter sampai menjadikan keadaan stabil sampai sekarang.
   Penjelasan dari port guide sangaat berguna untuk memahami gambar-gambar dan peraga yang di pertunjukan –setidaknya untuk saya.
Periode 1
Alat yang di pakai pelaut untuk menemukan Indonesia
Koin yang diperkenalkan pelaut



Port guide yang menjelaskan semua yang dilihat
yang menunjukkan telepon terus berderingdibank indonesia saat terjadi krisis moneter
awal kemerdekaan, batik menjadi salah satu produksi dalam negeri yang membangun perekonomian Indonesia
pembangungan 
Para pelaut yg datang ke Indonesia
salah satu peraga di Museum ini
beberapa uang kertas yang pernah di pakai di Indonesia
uang kertas yang pernah dipakai di Indonesia
Ruang ruang yang ada di Bank Indonesia dulu
Beberapa pemimpin Bank Indonesia
Lambang Bank Indonesia dari masa ke masa
emas yang sempat di selamatkan dari krisis moneter
Bangunan yang berarsitektur Eropa
Khalila jadi uang 50ribu
   
Oke, keluar dari Museum Bank Indonesia kami menuju Kota Tua. Terlalu panas pada saat itu yang membuat kami menyudahi perjalanan ini dan bergerak menuju tempat konser SNSD. To be Continue
Museum Fatahillah
Kota Tua


Tidak ada komentar:

Posting Komentar