Assalammualaikum.
Para pembaca cuap-cuap
yang baik budinya ini, kalau baca postingan ulan pasti mengira saya ini adalah
orang yang menyukai politik. Benar! Kenapa? Terlepas dari politisi yang tidak
bertanggung jawab dengan tugas yang diembannya, pada dasarnya politik memiiliki
niat dan maksud yang sangat baik untuk kehidupan banyak orang dan kemajuan
Negara.
Oke. Beberapa hari yang
lalu, di instastory dan history whatsapp aku membuat ajakan kepada para
followers aku untuk bercerita tentang pandangan mereka terhadap golongan putih
aka golput. Kenapa aku membuat ajakan tersebut? Selain karena aku beberapa hari
yang lalu membaca jurnal yang di tulis kakakku untuk tugas dia sebagai dosen
dan dia mengambil tema golput ini sebagai bahannya. Dan lagi, aku juga
memperhatikan bahwa memang dibeberapa daerah, tingkat pemilih itu dibawah angka
50% dari jumlah pemilih yang terdaftar. Dan, aku ingin mendengar pendapat
mereka-mereka yang pro maupun kontra dengan berbagai macam alasan tentang
golput ini.
Untuk membuat tulisan
ini,aku membaca beberapa buku sebagai referensi aku menulis ini. Buku tersebut
adalah :
1.
Joko. J. Prihatmoko, Mendemokrasikan
pemilu dari system sampai elemen teknis
2.
Dr. Kartini Kartono, Pendidikan Politik
sebagai bagian da ri pendidikan orang dewasa
3.
Prof.C.S.T.Kansil SH, Aku Pemuda Indonesia Pendidikan Politik
Generasi Muda
4.
Tataq Chidmad, SH, Kritik Terhadap
Pemilihan Langsung. Pustaka Widyatama,
Ini buku-buku ku pinjam
secara gratis di perpustakaan USU.
Selain buku, aku juga
membaca berita online, jurnal dan aku juga tidak sengaja menemukkan hasil
statistic pemilu di perpus. Jadi, tulisan ini akan sedikit banyak mengambil
beberapa tulisan dari bahan bacaku ini.
Dan kalau tulisanku gak
update dengan undang-undang pemilu yang baru karena ketidaktahuanku, kamu bisa
tulis di komen ya.
Ayo mulai!
Oiya, aku harus
menjelaskan bahwa biarpun kamu datang ke tps dan sengaja membuat suaramu batal,
itu juga namanya golput. Karena yang di hitung adalah suara sah. Suara batal
tidak dihitung sebagai suara sah. Begitu saudara-saudara.
Pertanyaannya,
Mengapa orang memilih
golput?
Ada beberapa hal yang
membuat orang memilih golput, yaitu:
1.
Bagi orang yang mempunyai pendidikan
tinggi, pilihan golput di ambil karena mereka tidak mempercayai hasil kerja
dari pemerintahan. Mereka merasa tidak ada perubahan yang berarti dari
pemerintahan yang berjalan. Setelah itu, calon yang bertarung di pemilihan umum
juga tidak menunjukkan kualitas mereka selama kampanye. Sehingga, golput
dijadikan sebagai bentuk protes dari mereka kepada partai-partai politik agar
mereka mengusung orang-orang yang berkualitas.
2.
Bagi masyarakat biasa, memilih golput
karena tidak tahu apa dan siapa yang akan dipilih. Hal ini juga di sebabkan
karena kurangnya pendidikan politik. Jadi mereka tidak tahu peran mereka apa
dan apa guna mereka di dalam pemilihan umum. Dan merasa, yaudah sama aja, milih
gak memilih pemerintahan tetap jalan juga, hidup merekagitu-gitu saja, begitu
saudara-saudara.
kenapa golput terjadi?
Dari
hasil penyelidikan kecil-kecilanku, hal yang mendasari kenapa golput terjadi
adalah kurangnya pengetahuan masyarakat akan peran serta mereka dalam kehidupan
bernegara. Mereka tidak tahu bahwa semuanya itu saling berkaitan. Kenapa?
Karena sudah ter-mindset bahwa hanya mereka-mereka yang sudah terjun di dunia
politik yang merasakan baiknya, sedangkan mereka –biasanya orang kelas menengah
kebawah- hidupnya akan begitu saja, tidak ada yang berubah.
Aku
mendapati bahwa golongan ekonomi menengah kebawah ini tidak begitu peduli
dengan siapa yang memimpin dari pengalamanku yang pernah ku tulis (klik
disini).
Jadi,
menurut aku, orang sekarang sudah banyak yang gak peduli sih dengan negara. Kalau
dibilang individualis, ya memang. Sudah banyak yang tidak peduli lagi dengan
politik, dan merasa politik hanya mainan untuk mereka yang mampu saja. Perasaan
gak mau di bohongi lagi itu muncul dan memutuskan untuk tidak memilih di
pemilihan umum.
Tapi
kalau dibilang individualis, orang di Amerika sana yang terlihat individualis
malah kalau pemilu sangat ramai. Begitulah yang aku lihat di berita. Jadi,
kenapa kita bisa gak ramai?
Apa buruknya bila tidak
ikut memilih dalam pemilu?
Apa
ya? (kok balik nanya Lan?) .Buruknya itu menurut aku jangka panjang sih. Selain
karena kedaulatan rakyat tidak terlaksana, karena, dengan gagalnya sebuah
pemillu atau kurangnya ikut serta masyarakat, maka kita tidak dapat
mengevaluasi dari hasil kerja pemerintah dan ini akan berakibat besar dengan
kehidupan masyarakat, paling penting dari sisi ekonomi.
Begini,
dengan pemilu, kita bisa mendepak keluar pemerintah (maksudku pemimpin, wakil
rakyat) dari jabatan mereka bila memang hasil kerja mereka tidak baik buat
kehidupan bersama. Kita diberi waktu lima tahun untuk merasakan kerja dari
pemerintah yang kemarin kita pilih, kalau rasa kita kebijakan yang di buatnya
banyak merugikan (misalnya, dengan kebijakan itu dagangan jadi gak laku, atau
kebijakannya mengekang banyak kegiatan positif) kita tidak memilih mereka lagi
di pemilu selanjutnya.
Jadi,pemimpin
yang kita pilih itu sebenarnya berdampak besar dengan kehidupan kita. Dari hal
kecil pun, misalnya harga kebutuhan primer, sepele memang tapi itu ada sangkut
pautnya dengan pemimpin yang kita pilih. Dengan memilih pemimpin yang kita rasa
baik, setidaknya kita tidak membiarkan orang yang tidak bertanggung jawab untuk
melakukan pemerintahan.
Tidak
hanya itu, dengan pemilu kita akan mensortir mana partai yang beneran bekerja
dan mana partai yang tidak ada kontribusinya sama sekali untuk negara. Jadi partai
yang bekerja akan naik peringkatnya di masyarakat dan itu akan berpengaruh pada
kebijakan yang dibuat.
Pentingkan
ikut pemilu?
Apa yang harus di
lakukan oleh pemerintah untuk menurunkan angka
golput?
Pinjam
dari usulnya Prof. Kansil, beliau menyarankan untuk memberikan pendidikan
politik sejak dini kepada masyarakat. Bukunya yang aku baca ini keluaran tahun
1980-an dan aku merasa masih relevan. Yang aku tangkap dari tulisan beliau,
dengan memberikan pendidikan politik sejak dini kepada masyarakat, maka akan
kuat rasa nasionalisme masyarakat dan itu akan berakibat masyarakat akan lebih
peduli dengan keadaan negaranya. Dengan kuatnya rasa nasionalisme itu,
masyarakat tidak akan mudah terpengaruh dengan pandangan luar.
Nah,
intinya yang diperlukan oleh masyarakat adalah pendidikan politik. Setahu aku,
pendidikan politik ini diberikan oleh partai politik pada masa kampanye dan KPU
hanya memfasilitasi. Aku rasa ini masih sangat kurang. Kenapa? Karena dalam
masa kampanye, para calon hanya akan mengiklankan diri mereka agar dipilih,
saya begini, saya begitu, bukan memberikan pentingnya masyarakat dalam kehidupan
bernegara.
Terus,aku
tidak tahu sekarang masih ada atau ngak, saat SMA di pelajaran Pkn aku sempat
mendapatkan pendidikan politik, tapi hanya sebatas “pemilu” . bukan pentingnya
aku ikut memilih.
Lagian,
seperti kataku diatas, bahwa masyarakat sudah cenderung apatis dengan
pemerintahan dan akhirnya mereka lebih bersifat individualis. Makin berat deh
tugas Pemerintah untuk meningkatkan angka golput.
Oiya,
satu lagi. Aku kemarin berselancar di instagram dan masuk ke akun Prof. Mahfud
MD. Seperti inilah postingannya.
Aku
setuju, dengan demikian mungkin ada sedikit pencerahan agar bukan hanya orang
yang beruntung yang akan terpilih, tapi juga baik dalam sisi pendidikan dan
kepribadian (test kemampuan akademik itu biasanya berisi inteligensi umum,
kebangsaan dan kepribadian). Jawaban dari
Prof Mahfud itu bagus banget ya. Tidak menggurui dan gak menghakimi, beliau
pintar tapi masih rendah hati dalam menulis dan gak menyombongkan diri tiap
ngomong di public. Em salute…..
Pendapat orang-orang
tentang golput?
Aku
harus mengatakan lebih dulu bahwa followers aku itu banyakan teman aku yang
pendidikannya sama dengan aku (rata-rata) jadi pendapat mereka kebanyakan dari
segi pendidikan mereka.
Yang
pro dengan golput mengatakan bahwa itu bentuk protes (seperti yang awal sudah
aku tulis). Protesnya macam-macam, ada karena parpolnya, calonnya,
kebijakannya. Mereka mengharapkan dengan rendahnya tingkat pemilih, maka
pemerintah akan peduli dan membentuk suatu kebijakan untuk memperbaiki
kesalahan yang terjadi. Karena aku kontra dengan ini, aku berpikir, apa gunanya
demo? Apa gunanya sekarang tekhnologi sudah maju? Kita bisa menulis, memberikan
pendapat, jangan negative untuk tidak dibaca siapapun, setidaknya dengan
menulis kita sudah ikut menyuarakan pendapat.
Ada
juga yang pro dengan golput, yah karena merasa mereka tidak peduli dengan
kehidupan negara ini, karena dirasa, hanya mereka-mereka orang penting saja
yang bersenang-senang dengan itu.
Yang
kontra golput beberapa mengatakan bahwa, pemilu itu penting, karena setidaknya
sudah ikut berkontribusi untuk memajukan negaranya. Ada juga yang kontra
golput, tapi merasa golput itu memang haknya mereka untuk memilih atau gak
memilih sekalipun, gak bisa di paksa. Ada juga yang berpendapat kalau yang
golput itu gak mau di bilang salah kalau pemimpin yang di pilih kemudian hari
tidak bekerja sebagaimana mestinya.
Kalau aku?
Kalau
pendapat aku? Aku pernah golput saat pemilihan walikota. Disaat aku tidak suka
dengan salah satu pasangan. Maksudku, aku suka dengan calon walikotanya tapi
gak respect dengan calon wakil walikotanya karena aku mengenalnya secara
pribadi, dan aku merasa kalau dia terpilih maka dia akan memberikan keburukan
untuk kotaku (dan kemudian calon walikotanya jadi tahanan KPK) . Aku mau kotaku
maju saat itu dan berencana memilih salah satu calon yang menurutku masuk dalam
standartku (orang baru-bukan petahan karena aku bukan simpatisan petahana-,
belum punya track record yang jelek, sepertinya mau bekerja untuk kotaku).
TETAPI!!!
Ibuku seorang politisi dan partainya tidak mendukung yang akan aku pilih. Sebenarnya
di rumah kami cukup demokrasi dengan tidak memaksakan pilihanku pada anggota
dirumah lainnya. Tapi saat itu, aku bertengkar dengan ibuku (entah mengapa
beliau mengharuskan aku memilih pilihannya) dan membuatku tidak mau memilih. Yah…
sekarang aku menyesalkan aku tidak memilih dulu, dan merasa bukan seorang warga
negara yang baik. Karena itulah aku menulis ini. Agar tidak ada yang seperti
aku. Menyesal tidak memilih.
Tapi,
hanya kali itu aku golput. Pemilihan yang
lainnya, aku selalu dan selalu berpartisipasi.
Nah, bagi kamu pemilih
baru, aku mengucapkan SELAMAT bahwa kamu akan menjadi salah satu penyebab untuk
maju dan berkembang (atau malah sebaliknya) untuk negara kita ini. Aku sarankan
untuk tidak ikut-ikutan dalam money politik, karena suaramu hanya di bayar pada
hari itu saja dan selebihnya kamu tidak bisa meminta hakmu pada wakilmu (tentu
saja, suaramu sudah di bayarnya loh). Dan tetapkan hatimu untuk tidak goyah
memilih (jangan seperti aku, yang karena bertengkar dengan ibu gak mau
memilih).
Sekian tulisan dariku
ini. Bila ada salah kata tolong dimaafkan dan di perbaiki. Semoga bermanfaat.
Ulan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar