Assalamualaikum
Hari ini ulan mau
cerita tentang sesuatu bertema “women march” yang beberapa hari ini berkembang
di dunia persosial media dan berita online. Lets see …
Di berita sedang santer
terdengar kabar model asal Indonesia yang dianiaya oleh pacarnya sendiri. Wah,
aku merasa “kok mau dia di aniaya,bukan sekali dua kali ini”. Padahal Cuma
pacar, masih orang lain, sudah berani
mukul-mukul.
Sebelum ini juga sering
mendengar hal-hal semacam ini di sekitarku. Perlu diketahui, lingkungan tempat
tinggalku (rumah nenekku) rata-rata ekonomi masyarakatnya kelas menengah kebawah,dan
mengakibatkan ibu-ibunya juga ikut bekerja.
Ada yang ngadu ke
rumah, bertengkar dengan suaminya dan suaminya mukul anaknya. Masalahnya
sepele, karena suami gak mau kerja (mereka berjualan), padahal istrinya sudah
menyiapkan bahan untuk dagangan.
Ada lagi yang di
tinggal pergi suami berbulan-bulan bulan bulan bulan lamanya, herannya kadang
balik lagi pulang ke istrinya. Tanpa diberi nafkah lahiriah untuk istri dan
anak. Ada lagi yang di tinggal pergi suami, suaminya bermasalah dengan orang,
sampai istrinya yang dikejar-kejar preman. Banyak lagi cerita yang hampir
semuanya ibu-ibu datang kerumah mencari
solusi masalahnya.
Karena Ibuku orang yang
baik sekali, rumahku kadang seperti tempat curahan hati banyak orang. Dulu aku
tak suka, tapi sekarang, yaaah.. aku menikmatinya.
Aku kasihan dan
bertanya. Kenapa mereka bertahan? Kenapa mereka masih mau menerima si
laki-laki? Aku gak habis pikir. Memang aku gak tau dalamnya keluarga mereka
bagaimana, tapi apa daya, manusia mahkluk visual,mempercayai apa yang di
lihatnya.
Aku bertanya, kok gak
pisah saja? Aku tahu menyarankan cerai itu dosa, tapi hidup harus bahagia kan?.
Jawaban mereka, malu
jadi janda. Malu di kata-katai orang kalau janda. Dan merasa, manusia pasti
berubah. Aku gak habis pikir. Memang kadang lebih sedap terlihat “pria duda
cerai” orang tidak akan menganggap itu jelek. Tapi kalau “wanita janda cerai”
entah kenapa orang memberikan kesan tidak baik. Kalau aku berpikir, orang pisah
pasti ada alasan, tapi itu aku, orang lain belum tentu.
Kalau protes ke
pemerintah, mereka sudah membentuk peraturan yang mempuni menurutku. Kamu bisa
melaporkan sebagai penganiayaan kalau yang melakukan pacar kamu. Kamu bisa
minta pisah ke pengadilan bila tak bahagia. Kamu bisa ngelapor KDRT bila
suamimu (bisa juga istrimu) melakukan kekerasan. Tinggal pilih.
Dan kadang orang malu
untuk melaporkan pasangannya.
Kenapa malu sih? Oke
ulan, kamu gak di posisi mereka (dan semoga Allah tidak membiarkan aku berada
di posisi ini) .Setahu aku, semua persidangan yang bersangkut paut dengan “rumah
tangga” persidangannya akan tertutup untuk umum, karena itu merupakan aib dari
keluarga, dan aku cukup bangga, negaraku berusaha menjamin harga diri
masyarakatnya pada kasus-kasus tertentu dan berusaha menjaga rumah tangga
rakyatnya.
Dari sini, aku tahu
bahwa walaupun orang sadar hukum, tapi sanksi masyarakat lebih menyakitkan untuk
di jalani. Jadi,wanita selalu menjadi korban sekaligus pelakunya.
Yah, women march disini
bertujuan juga untuk menyadarkan perempuan bahwa kebahagian mereka harus di
perjuangkan dan mengubah mindset dari masyarakat bahwa jangan terlalu terpaku
pada tradisi (seperti janda itu buruk, dll) dan setiap orang harus bahagia.
Setidaknya kita harus berpikir sebelum bicara.
Sesuatu
yang aku tangkap dari Women March 2018 di Indonesia.
Women march ini, yah,
aku tau pro dan kontra dengan misi-misi yang dibawa. Ngomong-ngomong, women
march ini kalau gak salah dulu adalah demo untuk Presiden Trump yang di lakukan
banyak wanita di negara perserikatan karena visi misinya (komen kalau aku
salah), dan tahun ini hampir di seluruh dunia melakukannya dengan misi feminism.
Aku senang melihat
spanduk tentang stop violence for women (and child) , atau sesuatu tentang
pendidikan untuk perempuan, menentang pernikahan dini (bukan nikah muda ya)
untuk perempuan, sampai keselamatan pekerja perempuan, kalau temanya bulan
untuk wanita, melindungi wanita, memperjuangkan hak wanita, ini benar menurutku.
Tapi aku risih dan agak
“rancu” dengan spanduk yang berkata
“bukan salah pakaianku, otakmu yang kotor” atau “auratku urusanku” atau “selangkanganku
urusanku selangkanganmu urusanmu” . APA INI !!!! mengacaukan tema dari women
march menurutku.
Maksudku gini, bila
bicara tentang “perempuan” banyak yang menyangkut pautkannya dengan tindakan
asusila (contoh pemerkosaan, pencabulan, kdrt etc) dan selalu wanita korbannya
(ada juga yang cowok, misalnya kasus saif*l jam*l) . Nah, untuk mencegah
tindakan asusila itu, perempuan ada baiknya jangan memancing dengan berpakaian
seksi (ketat, terbuka, etc) dan berpakaian sesuai tempatnya. Dan, setahuku,
alamiah (sesuatu yang wajar terjadi) kalau pria berpakaian topless dan
bercelana pendek, tidak akan ada wanita yang memperkosanya, beda sebaliknya,
kalau perempuan topless, kayak lagi lapar ada nasi pakai rendang.
Kalau slogannya berkata
“selangkanganku urusanku selangkanganmu urusanmu” atau “selangkanganku bukan
urusan negara”, bagiku seperti melegalkan prostitusi. Ibarat satpol pp merazia
para pekerja seks, pekerja seksnya bisa bilang “urus aja pedagang kaki lima di
trotoar, jangan urus pekerjaan kami, toh pejalan kaki yang salah buat macet
di trotoar.” Kok gitu? Gini cuy, kata “selangkangan” orang akan mengartikan
kelamin wanita, sesuatu yang dijaga untuk perempuan, tidak di umbar
kemana-mana, tidak untuk di perdagangkan. Nah, negara melindunginya dengan “uu
perkawinan” “tindak pidana asusila” “sebab yang tidak halal” , sehingga bila
ada wanita yang merasa “selangkangan”nya di ganggu, negara memberikan
perlindungan hukumnya.
Aku tau ini karena
rancangan pasal tentang perzinahan di RKUHP yang mana makna perzinahan di
perluas. Btw, aku setuju dengan RKUHP itu.
Atau mungkin maksudnya
disini free sex? Bukan tindakan prostitusi tetapi membiarkan orang melakukan
sex bebas karena cinta, jadi kalau ada razia kasih sayang mereka minta gak di
tangkap, begitu? Kok makin serem. Astagfirullah. Giniloh, kalau lagi “enak”-nya
kamu akan merasa hidup bahagia selama-lamanya –kayak Cinderella-, tapi tetiba
kamu HAMIL, dan si cowok gak mau bertanggung jawab gimana? Itulah yang mau di
hindari oleh negara. Buktinya? Pak Hotman Paris di Instagramnya sering
menasehati wanita untuk menghindari buaya darat, bearti sudah banyak kan yang
mengalami di tinggal cowok? Nah mereka akhirnya kewalahan dan ngadu minta pertolongan
“keadilan” pada Pak Hotman. Ngomong-ngomong, bukan soal mudah minta pengakuan anak
yang lahir di luar nikah.
Dan… “auratku urusanmu”
,bahaya ini. Tuhan sudah mengatur aurat dalam kitab sucinya, terus kamu
melarang Tuhan atur-atur auratmu? Aku tidak bisa berkata-kata lagi.
Aku mau menegaskan, aku bukan kontra terhadap aksinya, aku kontra dengan spanduk-spanduk yang dibawa oleh pendemo. Bahasanya terlalu "berani" dan tulisannya akan mempengaruhi banyak anak-anak yang masih labil. Aku gak tau kalau di kota besar sekali, tapi di daerahku, kami masih berbicaara dengan sopan, pakaian kami tidak terbuka, yang aku takutkan adalah, anak-anak yang sudah di ajarkan seperti ini ketika melihat spanduk mereka akan berpikir "waah ini keren" dan ujungnya mereka mengikuti itu, karena, kita sekarang tidak bisa mengontrol terlalu dalam persosial mediaan yang bebas di akses semua umur.
Jadi, aku agak sedih
liat seperti ada “paham lain"
yang menyelundup masuk kedalam feminism. Terakhir aku dengar ada yang minta
LGBT di sahkan, oke, mereka meminta LGBT di lindungi karena kekerasan banyak di alami oleh mereka. aku sih, ya wajar aja, mereka kan bukan sesuatu yang normal terlihat dan masyarakat masih aneh melihatnya. dan lagi, dari wawancara televisi yang pernah aku lihat, dan dari artikel ini psikolog mengatakan kaum ini sakit jiwanya (aku gak bilang gila ya). Loh? ulan konta? iya jelas. Kaum Nabi Luth berkali-kali di tuliskan di Al Qur'an dan Allah murka terhadap mereka,yah pastilah aku mendukung Tuhanku, daripada aku kena murka Allah. Dan LGBT itu bukan termasuk paham feminism sejauh yang aku tahu.
Begitulah. Semoga,
tulisan ini ada manfaatnya untuk banyak orang. Yang pasti untuk banyak wanita.
Wanita itu hebat. Negara bisa hebat karena satu wanita, dan negara bisa hancur
karena satu wanita, itulah kata pepatah.
Salam
Ulan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar