Anak Pejabat


Assalamualaikum pembaca Cuap Cuap. Sehat kan? Semoga kalian semua selalu sehat dan masih mau membaca cerita aku.
Ini sudah aku draft dari awal januari kemarin. Aku pikir-pikir, di post gak ya.. akhirnya sekarang kalian tau jawabannya kan (kalau tidak tulisan ini tak akan pernah kamu baca).

Judulnya serem ya, ‘Anak Pejabat’. Apa ini? Siapa emangnya anak pejabat? Jaman sekarang Aku rasa kata ‘Anak Pejabat’ dengan segala tetek bengek kemudahannya sudah tidak di temukan lagi, yakan? Apa??? kamu lupa Lan dengan berita anak pejabat meminta perlakuan khusus di luar negeri kemarin? Masih ada loh kemudahannya. Yang orangtuanya terkenal di  daerah aja sok berasa anak Presiden, nah anak Presiden yang asli saja sederhana sekali, malu dong ya. 

Oke, aku mau cerita soal ‘Anak Pejabat’ yang aku alami sendiri.

Sejujurnya, aku baru mengetahui kalau pekerjaan ayahku itu keren sejak aku dikelas 5 SD, dan itu pun karena aku pindah ke Tembilahan ikut ayah yang dinas disana setelah keluar dari Lhoksukon yang saat itu Aceh masih daerah berkonflik (Alhamdulillah sekarang Aceh sudah tidak berkonflik lagi dan sudah aman). Yah, hidup Aku di Tembilahan adalah masa yang paling menyenangkan yang kurasakan sampai sekarang. Thanks a lot Allah, I love you.

Lanjut!

Sebelum aku tahu kerjaan ayah aku itu keren, yang aku tahu ayahku adalah hanya seorang pns biasa. Jadi kalau dulu aku bayangin ayah aku itu kerja duduk di depan tumpukan kertas dan melayani masyarakat mengurus surat-surat atau keluhan keluhan masyarakat. Tapi yang aku herankan, ketika ayah aku datang ke sekolah pakai baju dinasnya –saat itu aku masih di sekolah swasta di Binjai yang notabennya banyak anak orang banyak duit sekolah disana- guru-guru akan sedikit bersikap manis kepadaku. Tapi karena memang tidak ngerti kerjaan ayah aku apa, aku cuek bebek, toh nilai aku selalu aman-aman saja disekolah.
Apalagi, keluarga aku saat itu tinggal di rumah nenek dipihak ibu, dan ibu membantu memasak di dapur untuk rumah makan nenek, jadilah aku tahu ibuku seorang pedagang. Usut punya usut, rumah makan nenekku pernah dalam masa kejayaan di tahun 1980an-2000 awal. 
Intinya, yang aku tahu keluargaku tidak susah dalam keadaan ekonomi, dan ayahku adalah abdi Negara biasa saja.
Tapi! Banyak larangan yang aku rasakan. Mulai dari menjaga kata-kata dimana kami tidak boleh berkata ‘aku-kau’ di rumah, berkata sopan, menjaga prilaku, tidak boleh jajan sembarangan, diantar jemput,  belajar mengaji di rumah –bukan di madrasah, dimana saat itu hanya orang dengan ekonomi lumayan yang panggil guru ngaji kerumah- pokoknya itu seperti tipikal anak-anak orang berada yang kamu lihat di film keluaran 80an.

Itu saat aku belum tahu pekerjaan ayah aku.

Nah, setelah pindah ke Tembilahan, semua berubah. Ternyata larangan-larangan yang selama ini dididik itu bermanfaat sekali. Karena disana, ayah adalah salah satu orang penting di daerah itu, jadilah kehidupan ‘anak pejabat’ aku di mulai. Dari semua yang biasa saja aku lakukan, dulu tidak ada yang berkomentar, sekarang orang pada mulai berkomentar.
Contohnya, dulu aku itu tidak jago matematika. Aku hidup dimasa anak pintar adalah anak yang pandai matematika. Sedangkan dulu itu aku lumayan di pelajaran bahasa Indonesia  dan ilmu sosial. Dan disekolah lama aku, yang paling utama diajarkan adalah perilaku –namanya juga sekolah didikan Yogyakarta-, pelajaran formal matematika dan lainnya diajarkan, tapi –apa ya kata-katanya-  disekolah yang lama etika its more important.
Jadilah, karena aku pindahan dari Medan katanya padahal aku sudah bilang dari Binjai, tetap juga mereka bilang Medan, yang notabennya adalah kota  besar, aku di kira merupakan anak yang pintar. Dan lagi, murid pindahan itu dimata banyak orang adalah ‘artis’. Selama 4 kali menjadi murid pindahan, selalu saja orang-orang penasaran dengan ‘siapa sih anak baru ini’.

Suatu hari aku disuruh maju ke depan kelas, -ini aku sekolah di sekolah negeri sudah,- untuk mengerjakan soal matematika. Sejujurnya, aku tidak hapal perkalian saat itu, jadi aku tidak tahulah yakan jawaban dari pertanyaan di papan tulis, nah si bapak guru ini nyeletuk sambil bercanda ‘anak pejabat dari kota besar, masa soal gini aja tidak bisa’. Itu hati seorang anak berumur 11 tahun. Bayangkan sedihnya aku saat itu, teman-teman tertawa walaupun aku tahu mereka tertawa karena celetukan bapak itu bukan karena aku yang tidak bisa menjawab soal di papan tulis. Dan lagi untuk pertama kalinya aku tahu bahwa aku bergelar ‘anak pejabat’.
Nah, aku dulu itu bukan anak yang pedean, aku agak pemalu walau sering ikut lomba fashion show tingkat kelurahan. Aku kaget saat di kelas aku, anak-anak disaat tertentu disuruh bernyanyi satu-satu ke depan kelas. Aku tidak pandai nyanyi, sedangkan di sekolah yang lama kami bernyanyi bak paduan suara lagu-lagu nasional dan lagu mars sekolah bukan lagu-lagu yang hits di jaman itu. alhasil, saat giliran aku, aku hanya diam dan tidak mau bernyanyi, kata-kata itu lagi keluar dari si bapak dan lagi-lagi teman-teman tertawa. Setelah itu, aku bertekad untuk belajar, disinilah awal mula aku mulai rajin belajar, dan mulai peduli nilai.

Allah baik padaku. Aku bertemu dengan wali kelas di kelas enam yang care dengan muridnya. Sebelumnya nilai aku dari sekolah yang lama itu bagus, Alhamdulillah sering masuk 10 besar, sudah ku bilangkan, disini yang penting adalah etika, bukan nilai pelajaran. Sedangkan di sekolah yang baru, benar-benar nilai pelajaranlah yang di nilai.
Wali kelas aku ini, mengecek satu-satu tugas kami, dia rajin ngasih ulangan, dan lagi setiap ulangan atau pr harus pakai agenda yang di tandatanganin orangtua. Selama ini aku tidak peduli pr dan tidak pernah mengerjakan pr. Alhasil karena aku tidak mau dimarahi ibu dengan nilai jelek,aku berusaha belajar keras, mengerjakan pr, nelpon dan kirim sms ke kak eka untuk belajar matematika, baca buku pelajaran, pokoknya tiada hari tanpa membaca.
Wali kelas aku ini setiap seminggu dua kali ngadain les di rumahnya, seringnya matematika yang diajarkan. Sudah aku bilang, aku tidak pandai perkalian, alhasil si ibu sering mengajarkan aku setelah selesai les matematika. Alhasil, saat pengumuman UN nilai aku bagus dan hampir mendekati nilai rangking 10 di kelas. Gak masalah gak masuk 10 besar, yang penting nilai aku bagus.

Disitulah, ternyata ‘anak pejabat’ itu harus pintar.

Di SMP, masih di kota yang sama, aku sudah mulaii merasakan ke istimewaan ‘anak pejabat’. Sihiii. Gak deng, hanya soal-soal tertentu saja. Misalnya, aku masuk OSIS, ya itu berkat ayah aku, tapi OSIS tahun ke dua, itu berkat diriku sendiri. Nah sedihnya, saat aku masuk 5 besar semester pertama di kelas –mungkin karena masih terbawa rajin saat itu- mulailah ada gonjang ganjing di kelas. ‘wajarlah dia rangking diakan anaknya pejabat, wajarlah dia dapat jabatan di OSIS diakan anaknya pejabat’. Dan aku pun mulai bertekad lagi. Tekad aku ‘semester depan harus naik satu tingkat rangkingya’. Begitu… dan aku juga di pilih kembali masuk OSIS di kelas 2 juga bukan karena ayah, tetapi karena rekomendasi walikelas sebelumnya. Aku dapat surat dan hanya tiga orang dari kelas aku, and im proud menjadi salah satunya. Aku bangga karena, wali kelas aku ini secara kasatmata dia tidak peduli aku anak siapa dan memperlakukan aku sama seperti anak-anak lainnya (contohnya, saat remedial, aku juga kenak, saat ada dimarahi dikelas, aku juga kenak, gak piket, kenak juga). Dan Alhamdulillah dapat jabatan penting saat itu, walaupun aku harus pindah dua bulan kemudian.

Begitulah, hidup aku di Tembilahan penuh semangat untuk belajar dan pembuktian diri. Aku berterimakasih pada semua teman-teman aku yang sampai sekarang pun masih berhubungan baik lewat sosial media walaupun aku sudah tidak tinggal disana lagi.

Oke aku pindah kembali ke Binjai, dan kau tau pembaca, aku bukan ‘anak pejabat’ lagi disini.
Setelah pindah kesini, adalagi nih pengalaman pahit. Disekolah baru aku ini, bukan anak orang sembarangan yang bisa pindah kesini, alhasil di awal-awal aku jadi ‘artis’ aku harus membuktikan diri lagi kalau aku pantas ada disana. Tapi aku gagal!
Aku masuk peringkat 27 di kelas. DUAPULUH TUJUH dari sebelumnya disekolah yang lama aku memegang peringkat empat. Aku nangis. Meraung. Sampai akhirnya walikelas aku datang untuk menenangkan aku. Mungkin karena masih ada jiwa-jiwa bersaingnya saat itu, si walikelas dengan rambut dora lucu nantangin untuk semester selanjutnya naikkan nilai, dan Alhamdulillah I get my position lagi. Yeeei.

Sayangnya, saat SMA aku sudah tidak peduli lagi dengan nilai, aku hanya focus ke masa depan. Dan lagi, aku dari proses masuk SMA hingga kuliah, aku pakai kemampuan aku sendiri. Jadinya ya gitu, pengalaman di SMA punya tempat tersendiri karena semua yang aku dapatkan hasil usaha sendiri.

Tapi tetap, aku kadang merasa gelar ‘anak pejabat’ masih ada di diriku. Kadang aku mendapati bahwa teman-teman aku masih agak sungkan dengan aku. Sungkan begini maksudnya, tutur kata aku masih terbawa, jadi saat mereka kaadang berkata kasar aku agak risih, jadinya mau tidak mau dengan aku, mereka jadi harus berkata sopan juga. Saat mereka makan jajanan di sekolah,aku masih milih-milih dan gak sembarangan makan, yah masih seperti itu. tapi so far yang aku tahu, mereka tidak tahu pekerjaan ayah aku apa dan hanya berteman memandang diriku -sekarang udah taulah yakan we-.

Jadi sebenarnya, enak atau ngak enak, tetap diri sendiri sih yang harus membawanya ke arah mana. Tapi, menjadi anak dari seorang yang terkenal, dimana pun, aku rasa tetap sama saja. Di bayangin nama besar orangtua, anak punya peran besar untuk menjaganya tetap baik. Walaupun kadang, apa yang kita dapatkan dengan usaha tetap disangkut pautkan dengan orangtua, sedih sih memang, tapi tetap saja harus tunjukin diri 'aku bisa'. Menjadi anak dari orang penting itu, baiknya tidak memakai nama besar orang tua untuk kepentingan pribadi, apalagi untuk melangar peraturan, itu gak keren. 


Sekian
Ulan


Line Concert Medan, tak sekedar konser biasa


Assalammualaikum warrahmatullahi wabarakotu.

Jadi pembaca yang baik budinya, kemarin (27 Januari 2018) Line mengadakan Line Concert di Medan dan alhamduliilah gadis Binjai ini punya rejeki lebih dan bisa beli tiket konser VIP Brown.
Aku sebenarnya tertarik untuk nonton karena ada Kahitna sebagai artisnya dan tentu saja Band yang  terkenal baik yaitu SHEILA ON 7. Dan lagi… aku merasa bersalah karena tidak pernah menonton konser artis Indonesia dan hanya pernah nontoh konser SNSD. Maafkan akuh, musisi Indonesia, akuh akan lebih mengapresiasikan kalian mulai dari sekarang. Insyaallah.
Jadi.. karena aku tidak pernah nonton konser musisi Indonesia, baik itu yang gratisan di tanah lapang maupun sposor dari rokok, aku berusahalah cari orang rumah yang mau ikutan nonton. Secara yakan, itu acara malam, dan AKU yakin ayah ibu tidak akan mengizinkan aku keluar malam tanpa seseorang dari rumah dan lagi , aku tak bisa nyetir malam. Akhirnya, akuh mengajak uni (as always ya) untuk nonton. Tadinya ku hanya ingin beli yang Cony, karena…harganya yang cukup murah dan dalam hatiku “gak papalah tiketnya gak yang paling dekat, yang penting nonton”. Ohohohooo ternyata pilihanku SALAH.
Pilihan unilah yang tepat dengan membeli tiket Brown. Sumpah weeee …dekat kali sama artisnya.

Oke.. cukup intronya.

Pukul 16.lewat sikit WIB , geraklah aku sama uni dari rumah di bonjol menuju MICC. Menurut q&a dari Line Concert , lebih baik datang pukul 16.00 wib agar bisa menikmati suguhan acara dari Line. FYI,gedung MICC ini termasuk dekat sih dari rumah, maksudnya tidak perlu waktu sampai satu jam lebih untuk sampai, apalagi kampung lalang sekarang sudah gak macet (jarang-jarang macet sejak tol Binjai Medan di buka, thankyou Pak Presiden) . Jalannya aman damai, hanya saja,  di jalan lintas itu,masih banyak yang ugal-ugalan terutama pengguna sepeda motor, adalah sekali aku mengumpat, tapii sepanjang jalan aman kok. Alhamdulillah.
Nah, tadinya kami agak cemas gak kebagian tempat parkir, karena setahu aku kan, gedung ini parkirannya kecil dan pasti dipakai buat acara juga, so, jadi dimana mau parkir? Dan kecemasan itu tak berarti ketika kami dataang, lapangan kosong di seberang gedung dibuka untuk parkir. Yei,kecemasan parkir selesai.
Nah, setelah masuk area gedung, aku harus ganti tiketnya jadi wristband gitu buat karcis masuknya. Gak lama kok, karena pas kami tiba gak begitu ramai dan pihak line menyediakan banyak tempat untuk penukarannya, ini ku suka,jadi tak perlu antri lamaaaaaa. Dengan menunjukkan KTP dan Tiket yang sudah di print, akhirnya wristband di tangan.

Wristband


Kan bingung tuh mau ngapai? Dan kami butuh minum. Mau keluar dari parkiran kok rasanya sayang, akhirnya kami nge go-mart kan jajanan dari indomaret (aqua, bengbeng sama permen). Dan lagi, Go Jek adalah salah satu sponsor dari acara ini. Tapi sayang, abang go-ride yang bawa jajanan kami tidak boleh masuk gerbang (padahal ada tempat menunggu gojek di dalam) akhirnya aku jemput deh jajanan ke gerbang.
Setelah itu, Kami memutuskan untuk masuk ke area lapangan konser. Disini harus sudah di pakai gelang wristband nya kan ya, nah ntar disana di scan sama petugas setelah kita di periksa badan dan tas.  Dan setelah masuk ke area tunggu ini, kamu akan bertemu si Brown yang duduk manis menunggu kamu datang untuk foto bersamanya. Oke, ulan langsung kesana sebelum terlalu ramai untuk foto. Jiwa fotografer gadungan kayaknya keluar disana ya, beberapa kali ku diminta untuk ngefotoin orang yang mau foto full team dengan teman-temannya. Aku sih senang aja, dan jadi kalau kamu ketemu aku di suatu tempat, kamu boleh kok minta tolong aku fotoin kamu.
Brownnya ngajak foto nih

Nah, carilah kami tempat duduk untuk menunggu. Lucuuu sekali tempat duduknya, warna warni. Dan saat duduk itu, aku mendengar dari panitia kalau ada rolet yang diputar untuk dapat hadiah Cuma dengan download sticker Kahitna. Aku terpacu karena melihat ada boneka-boneka mascot line. Namanya perempuan, liat barang imut gitu siapa yang gak mau memilikinya. Nah segeralah ku download dengan 50 koin (ku dihadiahin uni stickernya).
Ngantrilah aku sekitar 15 menitan. Dan, aku ketemu vlogger selebgram Acha Sinaga. Wah, aura bintang tuh beda yakan, dimana pun pasti terlihat. Jadi pas ngantri sekitar 2 orang lagi, dia datang, mungkin beliau lagi di endorse pihak line yakan untuk promosiin acaranya karena kakak ini sekalian ngevlog sih kulihat, jadi dia punya jalur khusus untuk putar rolet. Dan, aku harus bilang, selebgram satu ini gak sombong. Aku memperhatikan beberapa anak muda minta foto ke kakak ini, dan dia senyum terus dan mau diajak foto. Aku? Aku gak dong ya, aku kan pemalu.  Btw, kakak cantik ini wangi bangeeeet.
Oke, tiba giliranku mutar rolet. Yang ditanyai id linenya. Aku dua kali mutar karena bagian uni aku juga yang mutari. Putaran pertama ku dapat notebook (ku kira laptop ternyata buku kecil itu) dan putaran kedua ku dapat DOLL. Aku senang kaliii.. tapi sok cool aja dengan senyum kecil, dan memilih boneka cony. Si embak embaknya kasih selamat dengan wajah senang, dan aku senyum aja. Aku jadi merasa bersalah. Maafkan aku mbak. Mereka minta di posting bersama foto dengan hastag lineconcert.  Karena ku rasa gak ada ruginya, aku pun sudah posting fotoku di ig.
Aku peluk Cony,Brown dibelakang jangan iri ya


Oia, disini aku bertemu banyak kenalan, jadi asik aja gitu ketemu teman, gak janjian.

Dan tibalah saat masuk ke gedung. Antrian di buka sekitar pukul enam kurang sore, wah ontime pikirku,  Aku kan kurang suka ngantri ramai, jadilah kami menunggu sampai agak sepi. Dan setelah antri, aku mau masuk saja , tapi aku dicegat. Jengjeeeeeng… di cegat. Karena rupanya harus di scan lagi gelangnya. Aku agak lucu sih disini, kenapa harus dua kali,  bearti mereka tidak percaya dengan scanan di luar yakan, mungkin ini tadi penyebab antriannya panjang. Tapi tak masalah. Dan lagi mereka kasih kami light stick  warna hijau.

Lanjuuuut…

Di dalam gedung, orang sudah bersiap-siap ditempatnya. Mereka duduk menunggu dengan tertib. Aku juga duduk, tapi gak di tengah, aku di pinggir. Agak lama loh nunggunya. Kan di umumi acara di mulai pukul 19.00 WIB. Dan ternyata ngaret jadi pukul 19.30 wib. Aku sih tak masalah, karena jadwal solat magrib di Medan ini saat ini memang jam 7 kurang 15 menit, jadi wajar sih menurutku mereka agak ngaret (kan beda waktu solat sama di Jakarta, lagian artisnya banyak muslim, mereka pasti solat magrib dulu) .


Dan … kak Raisa muncul bersama bandnya.
Tadi diatas udah ulan bilang bahwa aku beli ticket yang VIP Brown kan, ternyata  ini adalah pilihan terbaik. Aku bisa lihat dengan jelas wajah artisnya. Yuhuuu…  Karena, memang dekat kali loh we dengan artisnya. Seperti  tema line concert, mendekatkan musisi dengan penggemarnya.
Kak Raisa sangat berhasil membuka suasana dengan sangat pink. Dia berhasil membuat semua orang disana ikut bernyanyi, dan melompat. Karenakan, aku kira lagu kak Raisa ini slow gitukan, rupanya weee… musicnya dirubah sedemikian rupa dengan beat yang membuatmu semangat. Dan, kak Raisa , kamu Luar Biasa. Cantiknya memang asli, suaranya cakep , gayanya bagus, gerakan badannya gak kaku. Aku Sukaaaaa.
Ada sesi dimana kak Raisa ini mengajak kita bicara, dia ngomong juga tentang kisah dari lagunya, dia juga melakukan line video call. Untuk penutup, kak Raisa membuka sepatunya untuk ikut berjoget. Hahaha .

Kak Raisa sudah masuk ke dalam tirai-tirai hitam, dan Om Glen Fredly muncul bersama bandnya membawa cinta untuk kita. Uwaaa. Sambutannya luar biasaaaaaa. Jujur nih ya, aku suka dengar suaranya Om Glen tapi gak begitu sering liat beliau di televisi untuk nyanyi, dan ini untuk pertama kalinya ku lihat Om Glen ini nyanyi, live, di depan mataku. Btw, sebelum Om Glen masuk, aku sudah berpindah tempat di tengah. Ku bosan lihat dari samping.
Dan ternyata, Om Glen memang Bintang. Mungkin kalau kamu ketemu Beliau dimana aja kalian akan melihat beliau sebagai manusia biasa, tapi… ketika kalian melihatnya bernyanyi , memainkan piano dan gitar, kaliah akan langsung melihat dia adalah BINTANG.
Aku menikmati performancenya Om Glen diiringi bandnya. Om Glen ini gimana ya bilangnya. Suaranya itu membuatku berdecak kagum. Aku mendapati diriku beberapa kali bergumam ‘waaah’ . Om Glen juga yang menyadari kami bahwa Pak Djarot –calon Gubernur Sumut- ada bersama kami di gedung ini. Om Glen melakukan speech singkat tentang persatuan bangsa dan jangan sampai ada perpecahan karena masalah agama. That’s sensitive issue menurut aku. Dan Om Glen ini banyak fansnya disini dan beliau sadar, jadinya dia menghimbau unttuk kami bahwa di Medan –mungkin maksudnya Sumatera Utara- sangat  plural dengan tidak ada mayoritas disini, semua sama banyaknya, dan melihat pengalaman kampung halamannya, Beliau meminta kami untuk menjaga persatuan bangsa dan jangan sampai terpecah hanya karena politik.
Om Glen mengakhiri  penampilannya dengan sangat baik, lightingnya bagus ketika sorot lampu ungu putih hanya focus ke beliau. Dan mulai dari sini, aku suka penampilan Om Glen, tidak hanya lagu dan musicnya.
my reason


Kahitna selanjutnya tampil dengan full team katanya. Sembilan orang. Dan Bang Mario tampil sangat dekat di panggung samping untuk memulai aksinya. Kahitna adalah alasanku berada disini malam kemarin. Aku tidak terlalu banyak hapal lagunya, tapi aku suka penampilan mereka. Om Yovi sama seperti di tivi,cool. Tidak banyak bicara hanya senyum. O beliau ngomong deng saat anaknya tampil. Kahitna menunjukan kelasnya. Aku terpesona…
Aku tidak akan banyak cerita soal Kahitna, karena kalian pasti tau bagaimana mereka.

Kahitna mengakhiri penampilannya, dan tiba-tiba semua orang di area ini maju ke depan. Seketika di tempatku jadi tak sesak, jadi aku bisa memanggil diba untuk berdiri di dekatku, karena posisiku ini strategis. Diba datang telat dan anak ini bejo karena beli tiket di tempat dan ada pulak tuh tiketnya,hahaha, doi ngabarin sih ya di WA, tapi ulan mematikan data seluler karena mau fokus nonton konser. 

Sorakan panggilan untuk Sheila sudah terdengar dari sebelum panitia mengganti alat bandnya. Waaah.. ternyata Sheila adalah Bintang untuk banyak penonton disini. Daaaaaaan Sheila on 7 adalah yang termeriah sambutannya. Aku melihat SO7 ini punya tempat yang baik di hati. Mereka memulainya langsung membuat kami semua bernyanyi, melompat dan berjoget.

Akhirnya aku melihat kebaikan SO7 kepada penggemarnya di malam ini. Fan servicenya itu loh. Gak canggung mengambil hp penggemar untuk selfie bareng, bersalaman (kahitna juga salaman sih) , tersenyum, berjoget. Aaaah… gilaaaaak.. mereka memang membuat suasana malam makin meriah.

Oke….

Aku akan mengakhiri tulisan ini dengan kritik dan kesan yang bermanfaat insyaallah.
Pertama. Aku agak tidak suka dengan penonton yang sibuk merekam, kakakku juga melakukannya, katanya untuk dokumentasi pribadi, padahal bagiku, nanti ini juga ada kok di youtube. aku terganggu dengan tangan tangan orang yang mengacungkan handphone. Bagiku, nikmati ajalah penampilan mereka.
Kedua. Aku kurang suka panitia yang sibuk jalan sana-jalan sini. Sok tau ulan itu panitia, ya jelas taulah, orang mereka pakai tagnama di gantung di leher. Securitynya juga jalan sana jalan sini.Kenapa gak di setiap sisinya dikasih pengaman  aja biar mereka gak usah sibuk-sibuk jalan. Mengganggu.
Ketiga, sebelum nonton konser,aku saranin buat baca QnA dan rule dari acaranya.  Supaya kamu tahu kalau-kalau nanti ada pertanyaan. misalnya, ooh nukarinya pakai ktp, oo wristbandnya gak boleh copot, ooh, boleh keluarmasu, oooh boleh bawa minum. gitu.
Keempat. aku membawa tas, dan aku menyesal membawa tas isinya banyak. Aku saranin lain kali kalau mau nonton konser, bawa tas isinya dikit aja. kasian bahumu, ini aja bahuku sakit. pakai sepatu juga aku saranin, jangan paki heel.

Sudah, empat aja.


Aku akan menandai tanggal 27 Januari 2018 ini sebagai malam terbaik di hidupku. Terimakasih Line.concert , dan sukses diacara selanjutnya. Sampai bertemu lagi.

Wassalammualaikum.

salam bahagia

ulan

with hastag #lineconcert #lineconcertmedan


Menjadi Dewasa

Assalammualaikum pembaca Cuap-cuap

 Ini hari ke 13 di tahun 2018, akhirnya aku nulis lagi.

Aku mau ngasih kabar gembira. Judul thesis aku di terima … oiyeeee… welcome thesis. Kok senang? Ia dong, berarti sebentar lagi aku aku akan mendapat gelar magister. Sesungguhnya aku agak sedih sih, setelah ini, apa yang akan aku lakukan? Aku punya beberapa rencana di tahun ini yang ingin aku realisasikan, semoga Allah mengizinkan, Amiin. Dan aku akan membagikan ceritanya di blog ini saat aku telah –sedang- menyelesaikannya.
Oke, hari ini aku mau cerita, apa sih enaknya menjadi orang dewasa?
Tema ini sudah lama muncul di kepala tapi aku selalu lupa menuliskannya. Ngomong-ngomong, saat aku menulis ini, hujan turun, gak deras dan gak gerimis, asik lah pokoknya.

            Saat aku masih anak anak dan remaja, aku sering berharap untuk menjadi orang dewasa. Kenapa? Aku melihat kakakku lebih terlihat menarik ketika mereka dewasa, ada tanggung jawab yang mereka emban, pemikirannya pun lebih luas ketika mereka berbicara rasanya semua orang menatap kagum ke mereka. Bisa nongkrong di café, bawa tas sandang bagus, pakaiannya warna-warni, bisa pakai lipstick, apa lagi ya.. pokoknya hal-hal yang menyenangkan lah. Intinya, mereka menentukan jalan hidup mereka sendiri, begitulah pengelihatan aku saat itu.
            Sekarang, setelah umurku sudah termasuk dewasa, apa yang aku rasakan? Menyenangkan memang. Aku bisa jalan kesana kesini sendirian, aku bisa berbicara dengan pendidikan yang aku dapat, aku bisa nongkrong di café dan memesan makanan kebarat-baratan. Bisa berbicara dengan nada berwibawa, bisa makeup-an, mengendarai kendaraan sendiri, dan aku bisa memutuskan apa yang mau dan tidak mau aku lakukan.
            Ada saat aku ingin kembali ke masa anak-anak dan remaja ketika aku merasa jenuh dan tertekan dengan kehidupan yang aku jalani sendiri.
Karena…
Bertanggung jawab setelah dewasa bukan hanya seperti kamu mecahin vas bunga lalu kamu ganti dengan vas bunga yang sama, tapi lebih luas dari pada itu. Setelah dewasa ketika kamu memecahkan sebuah vas bunga, sejujurnya kamu tidak bisa mengantinya dengan vas bunga yang sama persis karena di vas bunga yang pecah tersebut memiliki cerita dan kenangan dari pemiliknya dan kamu tidak bisa mengembalikan hal itu.
Berbicara di depan umum juga tidak segampang ketika kamu membacakan tata tertib sebagai MC di acara dimana kamu menjadi panitianya.  Setelah dewasa, kamu akan mendapati tata tertib yang kamu bacakan akan kacau ketika si pemateri berbicara melewati masa waktu yang di tentukan, kamu akan mencari cara bagaimana agar waktu yang telah disepakati akan tetap sebagaimana rencana, walaupun kamu harus disindir karena memberikan kode times up. Kamu harus punya wawasan dan bacaan yang banyak dan dapat menjawab pertanyaan yang datang padamu dari orang lain.
Dan ketika kamu menjadi dewasa, cantik atau tampan saja tidak akan berguna kalau kamu tidak memakai otakmu dan hatimu. Kenapa? Karena kalau kamu cantik tapi hatimu jahat dan buruk serta bermuka dua, kamu akan kalah pada seleksi alam. Kalau kamu cantik tetapi ternyata kamu bodoh, orang juga kan mengejekmu. Lipstickmu tidak akan membantu ketika kamu tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan. Ketampananmu juga akan berkurang ketika attitude yang kamu perlihatkan buruk.
Menjadi dewasa juga bukan soal ‘hanya dirimu’ saja. Menjadi dewasa kamu harus berhati-hati dalam bertingkah laku, karena apa yang kamu lakukan secara langsung dan tidak langsung akan di contoh oleh anak-anak yang melihat kamu. Yah,bukan hanya guru yang mengajar disekolah yang dapat mengajar, kamu juga adalah guru bagi orang lain.
Begitulah menjadi dewasa. Tidak seperti yang aku perkirakan saat aku masih remaja dulu.
Sekian cerita kali ini.

Ulan.