Ujian Naional. Sekarang lagi hangat di beritakarena carut
marut soal ujian yang tidak sampai tepat pada waktunya di beberapa sekolah di
Indonesia. Nah, saya juga gak mau ketinggalan membahas soal UN yang menjadi “BEBAN
BERAT” pelajar dan pengajar. Sebelum
saya lebih lanjut, saya harus menjelaskan ini semua adalah PENDAPAT SAYA
PRIBADI tidak ada maksud untuk
menyinggung pihak manapun, dan berharap bisa diambil manfaat dari tulisan saya.
Oke,
kenapa di awal saya sebut UN merupakan “BEBAN BERAT” pelajar dan pengajar, pendapat saya
dikarenakan UN terkadang menjadi hantu yang menakuti para pelajar. Apalagi capek
belajar 3 tahun di tingkatnya malah di uji hanya dengan 60 soal di tiap
pelajaran. Hanya 60 soal. Yang terkadang menurut saya ketika saya mengerjakan
soal tersebut ada beberapa pelajaran yang tidak pernah disinggung di sekolah. Mungkin
ada yang berpendapat, kan tidak di singung di sekolah bukannya di bimbel di
singgung,nah jawaban saya tidak semua orang mampu untuk mengikuti bimbingan
belajar kan dan semua orang pasti sekolah. Saya sering berpikir, semua yang
lulus UN saat ini adalah berkat ALLAH SWT dengan keberuntungan yang
diberikannya ke kita, bukan karena kita pintar.
Lagian,
saat prakteknya UN malah mendidik siswa untuk tidak jujur. Kenapa? Karena ya
itu tadi, tidak semua yang di ujiankan merupakan pembahasan saat kita belajar
di sekolah dan mengakibatkan pelajar akan bertanya pada temannya yang dianggap
mampu dan mengetahui soal tersebut. Dan akhirnya akan terjadi contek mencontek.
Belum
lagi saol UN yang saya bilang tidak di singung di sekolah, mengapa saya bisa
bilangseperti itu? Saat saya mengikuti UN tingkat SMP, pada pelajaran
matematika dan sains, saya agak sedikit kebingungan untuk menjawab soal. Kenapa?
Ya karena saya tidak mempeajarinya saat proses belajar mengajar. Dan saya baru
mendapati jawaban dari soal tersebut saat saya sudah duduk di bangku SMA di
kelas 11 malah. Dan saya mengandalkan keberuntungan ketika saya bisa lulus UN SMP.
Tidak
tahu ya kalau pelajaran itu di pelajari di beberapa sekolah. Karena sepengetahuan
saya, soal UN di buat berdasarkan penelitian para pembuat soal di sekolah
sekolah seluruh Indonesia dengan mengambil sample beberapa sekolah tiap
provinsi. Walau memiliki silabus yang sama di seluruh Indonesia, tapi pemahaman
tiap pelajar pasti beda tiap sekolah. Nah,
pikirkan jika sample tersebut diambil dari sekolah bertaraf Internasional yang
sudah pasti sekolah biasa akan ketinggalan jauh. Karena menurut saya si penguji
tidak mau capek jauh-jauh ke pelosok pedalaman untuk melihat sekolah yang
sangat terbelakang belajar apa dengan kondisi yang bagaimana. Dan juga, sample murid dicari yang paling pintar
dari satu sekolah agar sekolah bangga kalau muridnya pintar,logikanya mana
mungkin sekolah menunjukkan murid dari kelas dengan kemampuan pas pasan kepada
pengujikan, bisa hancur nama baik sekolah.
Lagian,
mendidik tidak jujur karena harus mencontek jawaban teman. Saya agak sedikit
sedih, gimana negara bisa maju kalau dari pendidikan aja kita jadi harus tidak
jujur. Bukannya kejujuran nomor satu dalam mensukseskan diri.
Jadi,
menurut saya, kita harus menyadari kemampuan para pelajar di Indonesia. Kita bisa
menyaingin pelajar dunia yang telah maju, tapi tidak semua pelajar bisa. Dan menurut
saya,si pembuat soal bukan guru yang
mengajar di seluruh sekolah di Indonesia kan, kenapa tidak di serahkan
kepada guru yang mengajar untuk menentukan lulus tidaknya pelajar. Karena menurut
saya yang mengetahui kemampuan pelajar adalah guru yang mengajar, bukan si
pembuat soal.
Lagian,
dengan sistem ini, maka tidak banyak menghamburkan uang negara untuk mengirim
soal ketiap daerah pelosok di Indonesia, karena pasti mahalkan kalau harus
mengirim dari satu tempat ke tempat lain. dan juga, soal yang dibuat pasti
menurut apa yang dipelajari disekolah itu jadi guru bisa fokus mengajar dan menentukan murid yang mana yang mampu dan tidak mampu. Lagian
juga tidak membuat pelajar menjadi tidak jujur kan, karena disini pasti tidak
ada yang tidak jujur karena sudah dipelajari soal yang diujikan.
Oia,
satu lagi, disini juga tidak akan membuat pelajar stress dan menjadi tegang dan
psikologi terganggu kan. Karena, jujur saja, dua kali saya ikut UN (SMP dan
SMA) saya agak stress dan badan pun mengurus karena memikirkan lulus tidak
lulusnya saya saat itu. mana bukan satu pelajaran aja yang harus dipelajari tapi beberapa pelajaran yang harus di pahami. mana tuntutan tidak lulus malu, kalau udah diterima di sekolah yang dituju kalau gk lulus gagal deh. huhuhu :"(
Oke,
semoga kali ini dapat menjadi masukan kepada pihak yang berkepentingan. Ini hanya
pendapat saya, pendapat tidak bisa disalahkan kan.
SEMANGAT PELAJAR INDONESIA, KITA BISA !!!