Aku terlalu berekspektasi tinggi dengan apa yang kujalani. Sesuatu yang belum pasti, tetapi adanya keyakinan membuatku berharap dan membayangkan semuanya akan terjadi. Aku capek, lelah, yang akhirnya aku sadari aku kecewa. Bukan kepada orangnya, tetapi pada diriku sendiri.
Kecewa aku membuatku menyakiti orang lain tetapi akhirnya yang paling tersakiti adalah aku.
Menunggu, bodohnya aku sebagai perempuan mau menunggu sebegitu lama hanya dengan kata "aku pasti datang". Benar, akhirnya datang, tapi salahku lagi, ekspektasiku tinggi.
Bodohnya aku lagi tidak mendengarkan logikaku dari jauh hari, hanya karena hatiku selalu meyakinin "sedikit lagi, sabar, sedikiiiit lagi, sudah sejauh ini, sabaaar".
Bukan soal menunggu.
Aku sabar menunggu, sampai kapanpun aku akan sabar menunggu. Biarlah waktu berlalu demi kebahagiaan kataku, ku pertaruhkan waktu walau aku sadar waktu gak akan datang kembali.
Tidak selamanya aku benar juga. Aku juga gudangnya salah. Jadi, aku tidak akan menyalahkan siapapun. Apa yang telah terjadi, pasti memang harus terjadi. Walau bagaimana prosesnya, bagaimana penyebabnya, bagaimana dipertahankan matimatian pun, bagaimana berbagai cara dihindari, tapi yang terjadi pasti akan terjadi. "Tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja, semua atas izin Allah" begitulah kata hatiku lagi dan aku turutin lagi.
Aku tidak ada rasa marah sekarang, dari awal aku tidak ada rasa marah, aku malah berterimakasih.
Untukmu...
Aku tidak ada rasa marah dan kesal. Seperti kataku terakhir, Aku berterimakasih atas selama ini. Hanya, aku sudah lelah, bukan lelah menunggu. Hanya lelah dengan keadaan disekelilingku, lelah dengan pemikiranku, dan lelah dengan ekspektasiku yang semua kelelahan ini mengarah padamu. Aku tidak suka berandai andai, tapi terlalu banyak andaiku saat bersamamu.
Tidak ada maksud aku menyalahkanmu. Semuanya di Aku bukan di Kamu.
Kita sudah berjuang semampu kita, pada akhirnya, aku yang sudah lelah.
Karena lelahku, ku gak mau lagi menuntut, meminta dan berharap.
Aku tahu, walau kamu tetap bilang tidak, kamu sedikit banyak juga lelah karena Aku.
Karena lelah terpendam kamu itulah, aku semakin lelah dan aku menyerah.
Aku pernah bersabar, karena aku ingin bahagia, bukan bahagia yang hanya satu hari, tapi bahagia sampai aku mati dan sudah berada di alam setelah dunia ini.
Jikalau kamu menghubungiku lagi, bukan karena sombong, aku udah lelah. Jikalau ku angkat telponmu, berbicara denganmu lagi, ku akan lelah lagi karena kembali berandai-andai. Lelah ini sakit bagiku, hingga aku merasa sudah untuk cukup.
Aku hanya minta maaf karena sudah menghabiskan waktumu dan menggagumu selama ini. Dan aku meminta maaf karena aku menyerah.
Dan lagi, Aku berterimakasih. Kamu bukan yang terbaik, karena denganmu aku sudah menyerah. Tapi aku yakin, Kamu dan Aku sudah melakukan yang terbaik untuk kita, karena itu aku berterimakasih.
Seperti doaku untukmu selama ini, semoga Kamu selalu diberikan yang terbaik dan selalu diberkahi oleh Allah SWT.
......
Dulu aku pernah menulis di blog ini, mungkin seperti ini kata-katanya "ku kira aku sudah menemukan, ternyata sedikit pun aku tidak menemukan ka
mu. aku kira, berakhir sudah pencarianku, ternyata aku belum mencari. aku kira aku sudah sampai, ternyata berjalan saja aku belum, sampai ku kira aku sudah melepaskan ternyata tergenggam saja tidak pernah".
mu. aku kira, berakhir sudah pencarianku, ternyata aku belum mencari. aku kira aku sudah sampai, ternyata berjalan saja aku belum, sampai ku kira aku sudah melepaskan ternyata tergenggam saja tidak pernah".
Tapi sekarang, aku seperti pelayar di sebuah kapal yang sudah lelah dengan panasnya matahari, menghadapi badai dan ombak sehingga mencari pulau terdekat untuk menetap di daratan. Dari kejauhan ku lihat sebuah pulau, bergegass ku dayung ingin sampai ke pulau tersebut. Berharap aku akan mengakhiri kehidupan dalam gelombang ini setelah tiba di pulau. Terus ku dayung, tak juga sampai ke pulau. Dalam hati ku bertanya apakah pulau itu hanya fatamorgana, tapi ku dilaut bukan di gurun. Kekuatanku terbatas, aku akan sedikit lagi melihat disekeliling, mencari cara lain untuk bertahan, toh ku sadar, tidak selamanya selalu badai, di ayun gelombang juga bukan perkara buruk, laut juga indah disaat tenang, mungkin aku akan berlayar lagi. Sambil berlayar aku akan melihat dunia dari cara yang berbeda, hingga aku nyaman dan aku menemukan cara bahagia.
Terimakasih.