Aku kemarin melakukan tes
kesehatan jiwa untuk memenuhi surat yang dibutuhkan untuk pemberkasan. Ini kali
pertama aku melakukan tes jiwa dan kalipertama aku bertemu dengan dokter jiwa. Apa
yang mau kuceritakan adalah soal dalam kertas yang diberikan .
FYI, kamu harus menjawab dengan
jujur semua soal yang mereka berikan dan mereka berjanji akan merahasiakan
hasil tes ini dengan sumpah dokter. Jadi kalian bisa dengan tenang menjawabnya
tanpa takut di judge apapun sama orang lain. Karena ,sesungguhnya mulut manusia
ini tak sadar menyakiti orang lain, jadi kamu terkadang perlu tidak mendengarkan apa kata orang
Jadi, Aku merasa bahwa, soal yang
mereka berikan aneh, karena aku sama sekali tidak merasakan hal-hal tersebut
didiriku. Yup, itu karena saat menjawab soal-soal tersebut aku sedang dalam
keadaan jiwa yang Alhamdulillah sehat.
Selalu ku katakan, aku akan
mengulang cerita dihari itu di jalan pulang. Jadi aku mengingat-ingat soal yang
tadi ku kerjakan. Terus saat mengingat, kepalaku mencari-cari kenalan yang
sesuai gejala yang diberikan. Langsung aku bergumam, wah ternyata soal tersebut
cocok kalau dia, atau si ini, atau si itu yang jawab. Dan lagi-lagi aku
mengulang soalnya dan mendapatkan kesimpulan bahwa bisa jadi mereka tidak
merasakan apa yang terjadi di diri mereka karena kadang orang lain yang
menyadari perbedaan dalam diri sendiri.
Misalnya gini, waktu jaman aku
masih bandal dulu, aku pernah minum wine. Apalah, Cuma wine gak buat mabuk kok
kalau dikit aja minum, gitu pikiranku saat itu. Nah, aku kan minumnya malam dan
di provinsi lain, tiba di hotel aku sadar aku bertanya terus-terusan sama
kakakku pertanyaan yang itu-itu saja, tapi menurutku itu biasa. Esoknya kakakku
bilang aku mabuk, ya jelas aku bilang masa aku mabuk, perasaanku enggak kok. Kakakku
merasa aku mabuk karena dia tahu aku tidak pernah bertanya berulang-ulang soal
yang sama kalau sudah tau jawabannya, kemarin adalah hal yang aneh ku lakukan
bertanya terus-terusan. Nah, aku search
lah di google, ternyata, bisa jadi aku mabuk karena tidak butuh bergelas-gelas
wine buat mabuk. Segelas aja cukup. Untuk sebagian orang juga pengaruhnya bisa
saja berbeda-beda. Bisa jadi hanya dengan segelas mereka mabuk, bisa jadi
karena bergelas-gelas baru mereka mabuk. Nah, kalau kakakku gak mengatakannya
padaku, bisa jadi aku merasa baik-baik saja dan tidak mabuk, padahal bisa jadi
aku mabuk.
Jadi, bagaimana pendapat orang juga kadang harus kita terima dan sadari hal itu terjadi ke diri ini. Apalagi bila lebih dari satu orang yang berkata sama, perlu di curigai.
Karena aku
merasa bukan hal yang tabu jadi biasa saja bagiku bila seseorang pergi
berkonsultasi ke dokter jiwa atau ke psikiater, tapi belum tentu orang lain
berpikiran hal yang sama. Karena mulut sampah orang-orang ini bisa saja tajam
dan menusuk mental seseorang. Padahal, menurut aku, sadar gak sadar kita bertanggung jawab dengan mental orang lain.
Padahal,
menurut aku, bila ada yang sudah tidak wajar kamu rasakan, dan orang-orang
berkata ada yang berbeda denganmu dalam hal tidak seperti kamu biasanya, bisa
jadi kamu memerlukan bantuan ahli kejiwaan untuk dirimu. Jangan malu. Itu hal
yang wajar.
Karena, dari
soal yang aku baca, aku menemukan soal tersebut akan mendeteksi kecenderungan
diri si yang menjawab. Hal-hal yang ditemukan itu bisa jadi keinginan untuk bunuh
diri, menciptakan aliran sesat, menjadi gila, tertekan, depresi, dan sakit
lainnya sampai kecenderungan menjadi PSIKOPAT. Dan dengan mereka ke psikolog atau dokter jiwa, bisa jadi mengurangi
resiko yang diderita dan secara alami maka kasus kriminal juga bisa jadi berkurang.
Aku merasa,
kayaknya perlu di sosialisasikan bahwa ke dokter jiwa atau ke psikiater itu
bukan hal yang memalukan. Membiasakan sedari dini untuk mengobrol dengan orang
yang tepat, misalnya murid ngobrol dengan guru BK yang merupakan psikolog
sekolah (jangan ditiru pandangan dijamanku dulu, dipanggil guru BK = nakal, bermasalah, bodoh, pembuat onar) . Dan mengedukasi orang untuk hati-hati berbicara dan mengolok-olok
orang lain. Karena, hasil mulut orang inilah yang kadang membuat orang lain
malas untuk berobat untuk jiwanya. Karena kata-kata sampah yang dikeluarkan
orang-orang ini bisa menyebabkan orang lain jadi gila, jadi berpikiran gak
lurus.