Halo readers. Hari ini saya mau cerita tntng bagaimana pandangan masyarakat kota Binjai. Ini baru 1/4 bahkan krang yg di wawancarai.
Jadi, selasa kemarin teman kampus saya menghubungi saya untuk mencari daerah di kota binjai, waktu saya tanya itu untuk kerjanya. Karena merasa yah mungkin saya sedikit banyak tau kota Binjai, saya menyanggupinya. Lalu gak berapa lama dia menyebutkan nama kelurahan tempat saya tinggal, suatu kebetulan saya menyanggupi untuk menemaninya ke kantor lurah. Sampai disini yang saya tahu kalau saya di minta tolong untuk mengantar ke kantor lurah. Masih buta apa yang akan dilakukannya.
Esoknya, kami janjian bertemu di depan BSM, karena itu tempat paling gampang untuk janjian ketemuan bagi orang asing yang baru datang ke kota binjai. Lalu dengan bermodalkan kereta matik, helm dan tas ranselnya yang besar kami menuju kantor lurah kelurahan saya. Gak susah mencarinya karena tinggal mengikuti arah jalan saja.
Jadi ternyata teman saya ini kerja untuk salah satu badan riset resmi di Indonesia. Kali ini risetnya tentang bagaimana pandangan masyarakat ttng pemilihan kepada daerah di kota binjai. Disini mereka mau tahu siapa saja orang yg "terkenal" dimasyarakat yg dikira dapat menjabat sebagai kepala daerah. Gitulah singkatnya.
Oke, teman saya ini memang beruntung. Pak lurah kami ada ditempat dengan sebatang rokok mengantung di tangannya lalu di matikan saat kami duduk di depannya. Keadaan kantor lengang dengan para pegawai yang chitchat saja, mungkin karena hari mulai siang dan pertengahan bulan jadi kerjaan gak banyak untuk mereka.
Saya hanya diam dan mendengarkan teman saya bicara dengan pak lurah. -sejujurnya, baru kali itu saya datang ke kelurahan-. Dia meminta data banyaknya lingkungan dan siapa saha kepala lingkungan (kepling) di daerah kami ini. (Di Binjai -mungkin bebrpa daerah di sumatera utara- memakai pembagian lingkungan bukan RW) . Setela mendapatkan data dan tanda tangan izin dari lurah kami keliling mencari rumah para kepling untuk mendapati data Kartu keluarga tiap lingkungan.
Gak susah mencari rumah kepling karena ada papan penunjuk di tiap rumah kepling atau rumah kepling selalu berdekatan dengan posyandu dan pengaduan masyarakat. Walaupun kadang harus bertanya pada warga -maafkan saya teman karena gak terlalu tau daerah kelurahan saya-.
Ternyata, pemilihan sampling untuk wawancara gak segampang yang saya pikir. Karena, untuk mendapatkan sampling di butuhkan data kk yg di tulis berdasarkan abjad yg di nomorin lalu melihat nomor keberapa 'undian' nama warga yg harus di wawancarai.
Beruntungnya lagi, -teman saya ini sering beruntung, ipknya aja 3,8nan atau 3,9nan, buat saya iri- dia meng"undi" nama yang kebetulan ada di rumah kepling. Yaudah mulailah dia bertanya tanya. Karena saya anak dari orang yang lumayan terkenal di daerah ini menjadikan saya agak risih sendiri dan merasa berdosa dgn teman saya. Kenapa? Karena jawaban mereka pada bagian tertentu seperti menjaga perasaan saya. Beuuuh.
Singkat cerita, jawaban umum sekitaran kota binjai yg ditanyai, warga banyak merasa keberatan dengan kebijakan kota binjai, terutama tentang jalan satu arah yang telah setahun ini di jalankan. Kadang jawabannya bukan dari masalah pribadi mereka tapi bagaimana kebijakan itu berdampak dari orang banyak.
Walaupun begitu, mereka tetap gak bisa protes karena yaaah.. Kebanyakan yg di wawancarai orang menengah kebawah, apa daya mereka yang berbicara pada 'mereka' hanya dianggap angin lalu saja.
Jadi, apapun dampak dari peraturan yang dikeluarkan pemerintah, mereka akan tetap menjalankan walaupun merugikan mereka. Disini kadang saya merasa sedih (saya bukan bu polwan itu ya) karena mereka tidak dilihat oleh 'mereka' yang lebih tinggi. Mereka berusaha walaupun 'mereka' yang lebih tinggi menghancurkan usaha mereka, apa daya.. Peraturan tetap peraturan. Dan hanya berharap pemimpin selanjutnya gak hanya janji dan intinya lebih baik dari yang sekarang.
Oke. Disini saya mendapatkan pelajaran baru dari teman saya yg mengajak saya melihat penelitiannya. Saya yang hanya memandang untuk diri saya mulai memperhatikan mereka yang terbatas. Apa daya, saya masih mahasiswa yang kalau berbicara mungkin dianggap 'bauk kencur'. Mungkin, beberapa tahun lagi, kalau ALLAH SWT mengijinkan saya untuk membantu mereka berbicara, dengan senang hati akan saya bantu.
Oke. Saya merasa senang dapat pengalaman baru dari teman saya. saya minta maaf karena gak ikut menemaninya mewawancarai warga sampai selesai, dan saya berterimakasih karena memberikan kesempatan saya untuk mendapatkan pengalaman baru ini.